Merdeka itu tidak bisa di ungkapkan tetapi di muliakan.Melalui perilaku dan tak mungkin bisa di jelaskan tanpa adanya kreatifitas pelakunya.Atau rasanya seperti bertanya kepada seekor ular yang merayap di jalanan tanah atau beraspal.Lalu ada yang bisa bisanya bertanya.....Bagaimana kamu bisa merayap di daratan.Apalagi udara panas itu dan pastinya tidak ada pilihan lagi dari kata yang lainnya yang bisa terucap.Atau saat kita ini cukup secukupnya bisa menjalani dengan seikhlasnya saja seperti olesan di jalan aspal seperti spesies ular itu dan bila lelah kita bisa berhenti pada waktunya sewaktu di masjid dengan berdoa kepada keyakinan agamamu itu.Atau kita ini di istilahkan lagi bukan raja jalanan seperti singa yang berani sendirian berjalan di mana saja atau lainnya beraninya bergerombol seperti embek embek yang berjalan selalu seiringan di pinggir jalan.Atau saat teman teman yang melepas dalam memberi dan mem_bersamai saat star dari Jogja ke kota Wonosari tetapi pada banyaknya cinta kasih dari orang yang mengerti dalam perjuangan bersepeda kali ini beserta manfaat yang di dapat setelah gowes kali ini untuk yang ada di sekitar kita.Mulai saja kisahnya..Semua orang bisa merayakan kemerdekaan di negara ini termasuk kita bisa mengisinya dengan bersepeda berjarak walau cara ini tidak lazim di tengah pandemi covid 19 .
Karena banyak orang takut tertular virus dan mencoba menghindar untuk bisanya di rumah saja.Toh pada akhirnya selamat dan kembali lagi ke Jogja adalah sejarah membuat kreativitas di 75th Indonesia merdeka ini.Pantai Klayar Pacitan.
Di kota Pacitan di kenal dengan jejeran seribu gua dan indahnya pantai selatan yang tersembunyi itu karena ombaknya yang begitu besarnya.Pantai ini terletak di sendang Donorojo kota Pacitan Jawa timur dan jarak dari kota ke pantai kurang lebih 35 kilo atau sekitar 2jam dengan moda bermesin.Mungkin karena adanya pandemi virus menjadi masih sebagai wisata simulasi dan yang boleh datang hanya untuk wisatawan lokal saja .Saat kita sampai di sini sudah jam 21.00 waktu setempat posisi sudah gelap dan sunyi ini walau begitu kita sempat kulo nuwun dengan pengelola di situ untuk bermalam di tenda dan paginya sekitar jam 9 pagi kita cabut pulang ke Jogja lagi.Di saat pagi hari terlihat pantai yang semiyut bau baunya percikan air asin yang terbawa angin menempel di wajah ini atau terlihat tebing yang tinggi di tengah pantai dan bebatuan mirip sphinx yang asyik untuk di pandangi berkali kali.Tapi kok......kita harus kembali ke Jogja lagi dengan di kayuh sepedanya sekiranya bisa sampai jam 8 malam agar bisa sampai Jogja.Seperti saat berangkat.
Dari jogja_wonosari_gambong_pracimantoro_giribelah_punung dan ada papan nama arah pantai klayar sejauh dari jalan utama yaitu pertigaan Dadapan ke arah kanan sejauh 19 kilo ini akan ketemu desa candi lalu ikuti terus alunan turunan yang selalu menurun di jam 19-21,00 waktu yang sepi,keringat dingin,demen kedinginan,lelah tetapi semua harus di syukuri karena niatan kita ini.Saat tiba di pantai Klayar.Atau saat pulang ke jogja ....!!?Sudah menempuh jarak pulang pergi sejauh 235,44 kilo selama 2hari lamanya.
Saat pulang arah yang sama tetapi saat di perempatan pasar Pracimantoro kita ke kanan arah wonogiri_bayat klaten_ ke kiri arah candi Prambanan dan berpisah di persimpangan UIN Kali jogo Jogja di jam 22.30 waktu setempat.Karena teman kita di sekitaran jualan cendol dawet daerah wisata Kalasan Jogja sepedanya rusak di steam stang patah ke Beratan beban dan harus di carikan dulu.Serta di ganti yang baru tetapi semuanya pulang dengan aman,selamat dan tinggal lelah masih mendera kita semua berempat ini.Kisah klasik 17an.Bulan Agustus telah usai tetapi kisah klasik 17an masih teringat sampai sekarang semangatnya dalam meretas jalanan jalanan arah Jogja_pacitan_jogja.Waktu itu hanya di sambut oleh berjejer umbul umbul,bendera merah putih tanpa ada suara lagu Indonesia raya di nyanyikan karena panggung hiburan di tiadakan karena masa masa rawan virus kali ini .Tak ada tawa canda anak anak kecil berlomba 17an atau saling berjabat tangan sudah tidak wajib hanya bisa memberi isyarat atau melihat raut wajahnya saja ngak bisa karena tertutup masker.Oh.. Tuhan.Aku bertanya kepada_MU.Kapan penjajahan musuh yang tidak tampak ini berakhir agar kita bisa bercanda lagi tanpa jarak dan menghalangi raut wajah wajah manis mereka lagi karena adanya masker.Aku tahu rasanya berjarak jauh itu butuh stamina yang cukup stabil maka kebahagiaan itu di nikmati saja di sebuah perjalanan gowes ku bukan perjalananmu maka saya membagikan kisah ini.....!!?Walau ada suka dukanya saya juga berhak bangga bisa melaluinya bersama sama mereka ini agar bisa percaya diri terus mengayuh atau ada saja yang minder sebab di atas kopi masih ada susu jahe,teh manis anget menyusul satu persatu.Akhirnya.Walau Garuda di dadaku dan lagu Indonesia raya tetap sebagai penyemangat kita untuk di kobarkan.Dan tetap saja kita bisa melihat Indonesia dari dekat melalui sepeda membuat kita bisa memahami apa arti Merdeka !!! untuk saat ini bagi negara ini.Yaitu.....Merdeka dari musuh yang berwujud tanpa bentuk dan yang masih tinggal di negeri khayalan jauh di sana.Mungkin para pembaca akan memberi kesan para pesepeda ini orang yang menggelikan dan mengherankan di masa pandemi covid ini masih bisa bisanya bersepeda berjarak melampoi batas jarak dan aturan baku aturan pemerintah negara ini .Atau ....!!?Lalu bahagianya gowes berjarak itu ada dimana !!?Yakin Penak turu di rumah saja.Mbok.....yakin dehSelesai.Terima kasih kepada man teman seperjalanan kali ini :1.Mas sahid .2.Mas solichin.3.Bung Tito.Gowes Jogja _ Pantai Klayar Pacitan.Tanggal ; 16_17 Agustus 2020.
**Perjalanan Merdeka: Gowes dari Jogja ke Pantai Klayar dan Kembali**
Merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke-75 bukan hanya tentang meriah, tetapi juga tentang menghayati maknanya. Itulah yang dilakukan oleh sekelompok pengendara sepeda yang menempuh perjalanan dari Jogja ke Pantai Klayar di Pacitan dan kembali, sebagai bentuk penghormatan terhadap kemerdekaan.
Perjalanan ini dimulai dari Jogja, melewati Wonosari, dan berlanjut ke Pantai Klayar. Meskipun perjalanan ini tampaknya penuh tantangan, seperti bertanya pada ular yang merayap di jalan, kami memulai dengan semangat yang tidak terlukiskan, hanya bisa dirasakan dan dilakukan dengan sepenuh hati.
Di tengah perjalanan, kami merasakan berbagai perasaan—lelah, kepanasan, bahkan dingin malam di pantai. Pantai Klayar, terkenal dengan keindahan alamnya, menawarkan pemandangan yang menakjubkan meski kami tiba di malam hari dan harus beristirahat di tenda. Pagi hari di pantai tersebut, meski angin laut menyapa dengan aroma asin dan tebing-tebing menambah keindahan, kami harus segera melanjutkan perjalanan pulang.
Rute yang kami tempuh kembali menuju Jogja sama melelahkannya dengan perjalanan pergi. Selama dua hari, kami mengayuh sepeda sejauh 235,44 km, menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, termasuk sepeda yang rusak di tengah perjalanan. Namun, semua usaha ini kami lakukan dengan penuh rasa syukur, memahami bahwa semangat kemerdekaan mengajarkan kita tentang ketahanan dan kebersamaan.
Selama perjalanan, kami tidak merasakan keceriaan seperti biasanya pada perayaan kemerdekaan. Tidak ada keramaian atau pertunjukan seperti biasanya, hanya bendera merah putih dan umbul-umbul sebagai penanda. Masker menutupi wajah, mengurangi interaksi dan canda tawa. Kami bertanya-tanya kapan masa pandemi ini akan berlalu, agar kita bisa kembali bercanda tanpa batasan.
Namun, dari perjalanan ini, kami memperoleh kebanggaan tersendiri. Kami melihat arti kemerdekaan dengan cara yang berbeda—bukan hanya merdeka dari penjajahan fisik, tetapi juga dari batasan dan ketidakpastian masa kini. Kami merasa bangga karena perjalanan ini bukan hanya sekedar bersepeda, melainkan tentang memahami dan merayakan kemerdekaan Indonesia dengan cara yang unik dan penuh makna.
Terima kasih kepada teman-teman seperjalanan: Mas Sahid, Mas Solichin, dan Bung Tito. Kalian adalah bagian penting dari perjalanan ini, yang memperlihatkan bahwa dalam kebersamaan dan tekad, kami menemukan arti sebenarnya dari Merdeka.
Tanggal: 16-17 Agustus 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar