Tampilkan postingan dengan label Mampir ke Gir pasang Merapi.. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mampir ke Gir pasang Merapi.. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Januari 2022

Ke Kampung Gir Pasang gowes jengat.

Perjalanan Ke Kampung Gir Pasang

Hari itu, angin sejuk menerpa wajahku saat mengayuh pedal sepedaku menembus jalanan sempit menuju Kampung Gir Pasang. Jembatan baru yang membentang di lereng Gunung Merapi kini menjadi sorotan, viral di berbagai media sosial, menarik banyak orang untuk datang dan menyaksikan keindahan alam yang mengelilinginya. Namun, seperti halnya dunia maya yang sering kali memperlihatkan hal yang tak sesuai kenyataan, aku tahu, perjalanan ini bukan hanya sekadar untuk melihat jembatan baru itu.

Sepanjang perjalanan, aku merasa seperti tersesat dalam dunia fatamorgana—semakin dekat ke tempat tujuan, semakin jelas jalanan menanjak yang harus ku tempuh. Di awal, aku berpikir bahwa medan ini akan sangat berat, bahkan seakan-akan aku tak akan sanggup melewatinya. Setiap kali melihat tanjakan yang terjal, bayanganku pun membayangkan betapa sulitnya menaklukkan jalan ini dengan sepeda. Namun, begitu aku mulai mengayuh dengan ritme yang tepat, ternyata segala yang kulihat sebelumnya hanyalah ilusi. Sepeda, yang tadinya terasa seperti beban berat, kini menjadi teman yang menyenangkan. Jalanan menanjak itu tak seberat yang kubayangkan. Kecepatan dan irama sepedaku kini mengalir dengan mudah, mengikuti ritme tubuhku yang sudah mulai terbiasa.

Aku menyadari bahwa bersepeda bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal bagaimana kita menata pikiran dan perasaan kita. Seperti hidup itu sendiri—perjalanan yang penuh dengan tantangan, tetapi dengan langkah yang tenang, setiap tanjakan dapat terasa lebih ringan. Bersepeda adalah sebuah proses pencarian bentuk, sebuah latihan untuk menemukan keseimbangan dalam setiap gerakan yang kita buat. Seiring dengan setiap kayuhan, aku semakin sadar bahwa bersepeda ini adalah bentuk pencarian diri—mencari ritme yang tepat, mencari kedamaian dalam perjalanan yang panjang.


Sesampainya di Kampung Gir Pasang, aku disambut dengan pemandangan yang luar biasa. Jembatan baru itu memang indah, namun yang lebih mengesankan adalah bagaimana setiap langkah kecilku di sepanjang perjalanan ini membawa makna yang lebih besar. Di balik tanjakan yang sulit, ada kebebasan yang kutemukan; di balik perjuangan itu, ada kedamaian yang hadir setelah segala usaha.


Perjalanan ini juga mengajarkanku tentang budaya dan latar belakang. Setiap orang yang bersepeda di sini, dengan sepeda yang berbeda-beda, membawa cerita mereka masing-masing. Ada yang bersepeda untuk kebugaran, ada yang hanya sekadar mengikuti tren, namun ada juga yang bersepeda untuk merenung dan mencari ketenangan. Sepeda yang mereka gunakan tak hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga menjadi bagian dari cerita hidup mereka—dari mana mereka berasal dan kemana mereka pergi.


Aku pun menyadari bahwa bersepeda bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal keunikan setiap individu yang mengayuh sepeda itu. Mungkin bagi sebagian orang, bersepeda adalah hal yang biasa, namun bagi aku, setiap kayuhan adalah perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang hidup dan diri sendiri.


Jembatan Gir Pasang, yang kini ramai dikunjungi, bukan hanya sebuah tempat viral untuk berfoto. Bagi setiap orang yang datang, tempat ini adalah simbol dari perjalanan yang lebih dalam—sebuah perjalanan yang dimulai dengan langkah kecil, diiringi dengan usaha dan harapan, hingga akhirnya menemukan kedamaian yang sejati di ujungnya.


Dan seperti setiap perjalanan bersepeda, aku tahu bahwa perjalanan ini tidak akan berhenti di sini. Setiap tanjakan yang kulewati hanyalah awal dari jalan-jalan baru yang menantiku, setiap langkah akan membawa aku lebih dekat ke tujuan yang lebih besar. Dan yang terpenting, aku tahu bahwa setiap perjalanan itu, tidak peduli seberapa sulit, akan selalu memberikan pelajaran yang berharga.



---


Cerita ini membawa makna tentang perjalanan menuju tempat baru sebagai proses pencarian diri, refleksi, dan pembelajaran yang tidak hanya fisik, tetapi juga spiritual. Perjalanan bersepeda bukan hanya soal mencapai tujuan, tetapi juga tentang bagaimana kita melihat dan meresapi perjalanan itu sendiri, dengan segala tantangan dan pelajaran yang ditawarkannya.






Mulai saja

Kembali soal budaya bersepeda itu bila gowes sendiri itu sangat santai kalau sudah lemas langsung belok cari angkringan terdekat tapi kalau berkelompok itu lebih di siplin berlalu lintas soal keamanan di jalan raya untuk saling menjaga dan saling mengingatkan satu dengan lainnya atau bisa jadi malah gayeng cerita gowes nya dan lebih lagi bisa ketemu banyak teman baru.

Dan semua itu juga butuh proses bagaimana mengenal sepeda yang di pakai juga harus di perhitungkan jenisnya misal untuk gowes kali ini cocoknya dengan sepeda MTB ban ukuran .... ×175-195.

Hal lainnya mulai dari check rute jalan dengan sepeda motor pun sudah di coba dan saat eksekusi sudah di jalani dengan jalan yang di cari yang lebih jengat jalan tanjakannya sudah berakhir dengan aman,lancar dan kembali ke Jogja lagi dengan canda tawa kebahagian dari kebersamaan itu walau ada saja ban bocor menghiasi perjalanan kali ini.

Foto saat check rute. 

Lalu saat mengenal tujuan terlebih dahulu ke wisata gunung Merapi ini sebagai tempat jujugan gowes baru namanya _Gir Pasang_ tempat ini lagi viral di kunjungi wisatawan.

Lalu kami sepakat untuk gowes di hari Minggu tanggal 23 Januari 2022 di jalur untuk melewati jalan ;

Dari Janti Jogja_candi Prambanan_Base camp Sapuangin _ Gir Pasang _Cangkringan_ Jalan Kaliurang lalu finis di Jogja kembali.

Foto jalur ora nanjak ora ke penak ke sapuangin.

Dan kira kira daya tempuh sejauh 115 km pulang pergi sampai kembali di tugu Jogja.

Gir Pasang 

Keindahan alam sekitar lembah pegunungan Merapi tak usai untuk di ceritakan untuk bisa menaiki kereta gantung atau gondola itu saat naik seperti berjalan di atas awan.

Apalagi tempat ini menjadi mimpi warga sini bertahun tahun lamanya kini baru bisa di bangun jembatan gantung.
Dan di sebut sebut jembatan terpanjang yang ada di lereng gunung Merapi lalu menjadi viral karena setiap orang selalu tertarik melihat sesuatu yang baru khususnya cah sepeda selalu jadi magnet yang lainnya untuk datang ....

Toh pas datang jadi kaget kok kayak cendol dawet orangnya keroyok jembatan apalagi jalan masuk macet,untuk pesen jajanan minuman saja antri,parkiran motor mobil  penuh di pinggir jalan utama arah base camp sapuangin pokokmen nganti dredek Leh ku mikir....lur !!.

Alhamdulilah jembatan gantung sudah selesai dapat di gunakan masyarakat apalagi di resmikan oleh pejabat pemerintah setempat semoga menjadi berkah bagi warga sekitar ...Yo kang !!.

Dulunya desa ini sangat terpencil sekali karena berada di lereng gunung Merapi yang berjarak kurang lebih 4kilo ini menjadi asyik karena keindahan wisata alam dan di kelilingi hutan serta di pisahkan oleh jurang yang bawahnya ada sungai bila ke arah bawah kurang lebih jaraknya sekitar 150 meter dari dasar bawah ke atas jembatan gir pasang.

Terlihat jalanya cukup terjal walau ada anak tangga sebagai pijakan dan pegangan pagar besi untuk panduan naik turunnya menuju dan kembali ke desa ini.
Toh semua itu bisa di dapat keindahan dan kesuburan yang menghijau memanjakan mata untuk berlama lama di sini melihat lalu membayangkan penghidupan serta perjuangan mereka dulu untuk .....ya untuk !!?.
Sambil menyeruput kopi khas gir pasang seakan menjadi daya tarik wisatawan untuk bisa datang kesini.

Desa ini terletak di lereng Merapi dengan nama desa Tegal Mulyo kecamatan Kemalang kabupaten Klaten Jawa tengah ini di huni oleh warga berjumlah 37 jiwa dengan 12 kepala keluarga 

Ya....untuk !!?.
Desa ini di pisahkan oleh jurang dengan desa lainnya maka ide membuat motor pengangkut yang di sebut gondola yang menghubungkan dua bukit ini.

Katanya bapak pekerja yang lagi membangun warung itu juga menceritakan kalau ide awal menjadi ....!!

Ya...menjadi ramai di perbincangkan dan jadi viral tempatnya karena ide awal seorang di fabel dari solo bernama _mas SABAR .
Karena saat itu ia mau melakukan pendakian ke gunung merapi.
Maka ia membuat ide menggunakan gondola sebagai penghubung antar lembah itu walau yang lama ini terlalu sederhana dan bahaya harus menantang maut bagi pemakainya.

Perlakuan ini akhirnya mendapat perhatian pemerintah terkait lalu di buatkan gondola yang lebih modern sebagai transformasi warga sekitar dan penarik kunjungan wisatawan. 

Apalagi setelah selesai di bangunnya jembatan yang di namai jembatan gir pasang dengan panjang sekitar 120 meter,pembangunannya selama 150 hari dan memiliki kapasitas daya angkut di atas jembatan 30 ton atau maksimal sekitar 40 orang dewasa dalam keadaan berhenti di jembatan.

Jembatan senilai 5,5 m itu dari bantuan apbd propinsi Jawa tengah.

Pada akhirnya menjadi perhatian banyak orang untuk berkunjung kesini melihat warna hijau membentang sana sini pada akhirnya bisa menentramkan jiwa.

Ya untuk ..... warga sini kini tidak lagi repot untuk mengangkut kebutuhan sehari hari dan membawa ternaknya untuk jual beli ataupun sepeda motornya tidak lagi di titipkan di bawah pohon beringin di desa sebelah atau harus memutar dengan jarak yang jauh dan kini bisa nangkring di depan rumahnya semenjak jembatan ini selesai di bangun penghubung desa dan keberadaanya desa ada di tengah lingkaran jurang aliran sungai kali Pakis.

Ya untuk .... wisatawan kini dapat naik gondola yang manual buatan warga atau yang modern warna oranye muda dengan tiket naik sekitar 60 ribu per 4 orang dengan rute bolak balik.

Mungkin tempat ini masih baru jadi ramai sekali sehingga sulit untuk mencari spot foto foto terbaru maka saran penulis kalau nggak ramai sebaiknya menghindari hari Sabtu Minggu atau hari libur.

Metre tanjakan.
Lalu inilah tanggapan mereka saat komentar di Facebook yang coba saya tulis kembali di sini agar pembaca bisa mempertimbangkan sebagai pilihan saat gowes ke gir pasang bila ketemu tanjakan ;
  • 1.Sepertinya ada yang kuat gowes menanjak tapi tidak mau menunjukkan kalau dia mampu melakukannya !!.
  • 2.Atau ada yang malah bangga menunjukkan kalau tidak mampu.
  • 3.Ada juga yang nggak kuat menanjak dan nggak mau menunjukkan kalau nggak kuat menanjak.
  • 4.Ada juga nafasnya sudah mulai crot cret kehabisan tenaga.
  • 5.Bisa jadi yang kuat selalu bisa terdepan ndak pernah noleh kebelakang untuk melihat temanya atau sekedar mencari spot foto di perjalananya.
  • 6.Oponeh persis kancaku kae nek dalan nanjak koyo uwong kebelet pipis.
Foto jalur syahdu sapuangin.

Pada akhirnya.
Di ceritera perjalanan saya ke Bc sapuangin dan Gir pasang telah usai tapi kenangan tertulis di blog ini sebagai pengingat kita pernah berjumpa gowes bareng sebagai saksi akan indahnya dan  jengatnya jalan tanjakan menurut kita itu brengsek maka itu yang selalu kita pilih sebagai tujuan agenda gowes akhir pekan.
Foto mapping mencari harta Karun.

Ya.....kembali ke ceritera Jalan tanjakan.
Sebenarnya soal jalan tleser atau nanjak itu beda sekali kondisinya dengan jalan jengat ora entek entek koyo dalan kene iki...lur.
Sebenarnya apa yang mereka cari dengan jalan seperti ini katanya para master tanjakan bilang seperti ini _ Ora nanjak ora kepenak _oponeh ora jengat kiro kiro 20 km nanjak tanpo mandek koe bisa nggak....luar !!.

Asyik gowes di Jogja.
Toh jalan di Jogja ini sangat beragam medannya seperti ke arah Utara kota Jogja ini yang suka nanjak khususnya ke arah gunung Merapi maka akan dapat bonus luar biasa .....itu lho turunannya bisa sambil bersuara sing sot udah sampai pertigaan pasar kembang Kemalang Klaten.

Lalu apakah perjalanan ini usai tentu tidak karena setelah gerbang gapuro warna hijau kita jalan lurus sebelum ke pasar kembang kita di suguhi jalan yang bukan jalan untuk kendaraan seperti bekas aspal yang terkelupas berlubang di sana sini.

Pada situasi ini pengalaman pas check rute di pakai maka belok ke arah kanan ketemu gapuro warna merah maka ketemu jalan kampung yang lebih bagus jalan aspalnya.

Untuk menuju pasar kembang lalu ke Jogja sebagai tujuan akhir gowes kali ini di hari Minggu yang menentramkan jiwa dengan pengalaman baru lagi.

Walau kaki mulai pegal pegal saat gowes jauh ini tapi semua teman di sini masih baik baik saja kondisi jiwa raga dan mentalnya menghadapi jalan jengat seperti ini.

Foto tanjakan akhir menuju Bc sapuangin.


Se_baru harapan semoga warga gir pasang lekas menata kehidupan dan kembali bersosialisasi semakin mudah di lakukan karena adanya jembatan gantung gir pasang. 

Nah itu saja cerita petualangan saya hari ini.

Selesai.
@Cus lagi 

iyink ws.
januari 2022.

Blog Edisi unggulan

Bukan Rambo.

Aku manusia biasa bukan Rambo. Setiap kali aku mulai bersepeda terkadang aku perlu teman-teman dan bisa saja di jalanan secara tiba-tiba ada...