Tampilkan postingan dengan label Ora Gagas Pamor.. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ora Gagas Pamor.. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Juli 2021

ORA GAGAS PAMOR MUDUN.

Ora Gagas Pamor Mudun ; Pamor dalam Dunia Gowes

Seperti judul status yang ada di grup Facebook Jogja gowes yang tc nya berinisial Mr JP itu ;

 _ ORA GAGAS PAMOR MUDUN _

Atau menurut tata bahasa Indonesia berarti _ Bukan ide penurunan gengsi ataupun istilah asingnya _Not a prestige reduction  idea.

Di tengah kesibukan bersepeda yang semakin menjadi hobi bagi banyak orang, muncul istilah "pamor" yang kali ini tak ada kaitannya dengan senjata tajam atau keris. "Pamor" di sini lebih mengarah pada pengakuan dan gengsi dalam dunia bersepeda.

Hal ini dimulai dari sebuah status yang diunggah oleh seseorang yang kita kenal dengan sebutan Mr. JP, yang menarik perhatian banyak orang. Judul statusnya pun simpel: "ORA GAGAS PAMOR MUDUN "Bukan ide penurunan gengsi", atau dalam bahasa gaulnya, "Not a prestige reduction idea.

Di dunia maya, apapun bisa viral dalam sekejap, dan status Mr. JP adalah contohnya. Dalam waktu 24 jam, status tersebut mengundang ratusan like dan ribuan komentar dari berbagai kalangan. Begitu banyak yang tertarik dengan topik ini, hingga muncul berbagai macam interpretasi tentang apa itu "pamor" dalam konteks bersepeda.

Bagi sebagian orang, bersepeda bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang "pamornya"—gengsi yang terkadang lebih besar dari sekadar latihan dan ketahanan tubuh. Ada yang berkomentar, "Pamor e medun, komentarnya malah iso munggah," yang artinya, "Gengsi turun, tapi komentar justru makin banyak." Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pengakuan sosial di dunia digital. Namun, ada juga yang merasakan hal sebaliknya, "Soyo dadi koyo jatilan" (Semakin terlihat seperti balapan sepeda yang  kelas murahan).

Di sisi lain, Mr. JP sepertinya berhasil mengelola pamornya dengan bijak. Dia tahu bagaimana membuat status yang menarik perhatian, meskipun beberapa pesepeda senior lebih memilih untuk tetap rendah hati dan tidak terlalu terobsesi dengan pamor.

Mereka lebih memilih latihan rutin, menjaga fisik, dan memperhatikan kualitas sepeda daripada mengejar pengakuan semata. Seperti yang diungkapkan salah satu senior pesepeda, "Pamor wes ora ungsum" (Gengsi sudah tidak penting), lebih baik menikmati gowes dan berlatih dengan sepenuh hati.

Namun, bagi beberapa orang, seperti yang diceritakan dalam komentar-komentar lain, pamor tetap menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari dunia bersepeda. Ada yang menganggap bahwa untuk menjadi pesepeda handal, selain latihan, juga dibutuhkan "gengsi" atau pengakuan dari orang lain. "Pamor ki sajak e gampang kok mas" (Pamor itu gampang, mas), tulis seorang komentator, yang seakan mengingatkan kita bahwa menjadi pesepeda handal tidak hanya soal teknik, tetapi juga bagaimana orang lain melihat kita.

Tak jarang, komentar-komentar lucu dan penuh sindiran muncul, seperti, "Pamor ki muk go pendamping je sek utama madang ndak kaliren" (Gengsi yang penting punya teman makan enak, nggak masalah).

Sambil mengingatkan bahwa terkadang, hobi bersepeda bisa menjadi lebih mudahnya tentang pertemanan dan kebersamaan daripada sekadar mencari prestise.

Ada juga yang berkomentar lebih serius, "Jadi orang ora Wedi pamor ilang tapi Wedi nek seduluran ne ilang" (Jangan takut pamor hilang, takutnya jika hubungan persaudaraan hilang).

Hal ini mengingatkan kita bahwa dalam bersepeda, seperti dalam kehidupan, yang lebih penting adalah hubungan dan kebersamaan daripada sekadar gengsi.

Kesimpulan.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam dunia bersepeda, seperti juga dalam kehidupan sehari-hari, pamor atau gengsi bisa menjadi hal yang menggelitik. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kita menjalin hubungan dengan sesama, melatih diri dengan tekun, dan menikmati setiap perjalanan yang kita tempuh.

Status Mr. JP dengan "ORA GAGAS PAMOR MUDUN" bisa dianggap sebagai refleksi dari banyaknya pandangan terhadap pamor dalam bersepeda, dan bagaimana dalam dunia digital, apapun bisa menjadi viral dalam hitungan detik. Pada akhirnya, menjadi pesepeda handal bukan hanya tentang pamor, tetapi tentang ketekunan, persahabatan, dan semangat untuk terus gowes.

Jadi, meskipun banyak yang terjebak dalam mencari pengakuan sosial, yang paling penting adalah tetap menjaga semangat, tak pernah menyerah, dan terus berbagi kebahagiaan dengan sesama pesepeda.

Itulah yang sesungguhnya membuat kita menjadi "juara" dalam dunia bersepeda, baik di jalanan maupun di hati.

Selesai.

Blog Edisi unggulan

Bukan Rambo.

Aku manusia biasa bukan Rambo. Setiap kali aku mulai bersepeda terkadang aku perlu teman-teman dan bisa saja di jalanan secara tiba-tiba ada...