JCC gowes ke Dieng negeri di atas awan.
Sabtu pagi yang cerah menghiasi jalanan di ring road Utara area jombor Jogja.
Di mulai di
jam 06 mereka sudah siap dengan segala informasi rute dan berhenti di mana
saja untuk berhenti yang sudah di tentukan lokasinya.
Tepatnya pada tanggal 19-20 September 00 di jam 06,30 waktu kita sepakat
melebarkan sayap sayap patah.
Untuk kabur kabur ke angkasa mengejar cita cita dengan sepeda yang ada
sayapnya seperti poster ajakan di atas itu.
Dan perjalanan ini walaupun kini mulai berjarak jauh tetapi tujuannya agar kisah gowes sebelumnya ini bisa memandang
perbedaan dari sudut cara lainnya dengan cara bersepeda sebelumnya.
Apalagi hanya ke isi
cerita tempat yang itu itu saja seperti di dan ke Warjo pakem,puncak mbibis
dan bukit bego kini mulai menuntaskan misi.
Yang berbeda dengan niatan bisa turing berjarak jauh untuk bisa membelah jalanan di tanjakan kawasan Dieng dan sekitarnya ini.
Bermula.
Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .
Di mulai ada team yang mengatur ini semua dari mulai team survey lokasi dan
Turing di mana atau turu miring di homestay mana lagi.
Ataupun kisah nantinya dan
harapannya seperti mimpi indah bagi kita agar ada yang merasa cemburu kepada
kita.
Di sini saya kisah kan secara real kenyataan seperti ini agar nantinya yang
tidak bisa ikut gowes hari ini ora gelo nek sek ora Melu opo ora iso melu tapi semoga mereka bisa ikut bahagia setelah
di ceritakan seperti blog ini .
Atau bagaimana anjuran dari intruksi sang capiten acara kali ini agar kita
tidak terlunta lunta apalagi sengsara ora Kopen di jalanan.
Padahal kita juga merasa cemburu kepada jalanan yang selalu bergerak keatas
itu seperti akan uji nyali dengan menghadapinya penuh kesabaran dan harus
sadar diri dengan lingkungan jalan raya yang saling berseliweran dari motor
dan angkot mengintai keselamatan kita kalau tidak hati hati di jalanan walau
tetap saja ada insiden ke tabrak montor dari sepeda salah satu dari kita tapi
hanya ruji potol satu tapi teman ini aman tanpa luka.
Walau pit stop kita dimana harus di ingat dan saat masuk area kepil
menuju alun alun sapuran jalanan memang jalannya rolling jengat yang ajrit
menguras tenaga dan emosi di jalur awalanya.
Saya bersama teman JCC Jogja berjumlah 25 pesepeda dengan pengiring motor itu hampir 32 orang.
Untuk merasakan penyiksaan di jalanan yang
asyik seperti ini apalagi di pagi pagi saat berangkat dari Jogja sudah di sediakan menu arem arem dan telur bebek malah nggak
sempat menilai perut ini itu cocok atau terbiasa tidak.
Walau ada saja dari
kami tidak biasa makan telur terus di paksakan malah jadi mules dan akhirnya istirahat gowes.
Untuk di angkut sepedanya dan mungkin keasinan telur bebek sebagai kisah cerita dan
menjadi kembangnya gowes kali ini buat hiburan kita di jalanan.
Sepertinya penyiksaan ini terus berlanjut mbok yakin Penak turu opo meneh rasah melu gowes kali ini karena selain jauh, panas dan tidak ada faedahnya.
Nah khan.. .
Mungkin yang sok nganu akan berkomentar seperti di atas atau sebagai ilmu
pastinya seperti jaman ajaran kompeni yang makan hati dan untuk melemahkan
emosi orang lainnya yang punya kesenangan gowes seperti ini.
Sudah dari dulu nasib para sepeda selalu di uji saat sedang mencari ujian di jalanan.
Atau
bagi yang sering latihan gowes menghadapi gowes kali ini yang sudah pakai
pil biru (sejenis plat bergerigi di Kayuhan sepeda ) seakan di uji juga soal kekuatan dengkulnya ini.
Dan mereka itu akan
mampukah serta bisa menyelesaikan misi kali ini apalagi yang belum pernah
melalap jalur sepeda ;
Jalur jogja_wonosobo_dieng akan terbebani karena halu dan was was
apalagi sedu sedan itu mengusik rasa.
Atau malah malamnya nggak bisa tidur nyenyak
atau gelisah dari tidurnya menjadi gambaran bagaimana caranya seseorang menghadapi halu nya itu .
Walau hanya beberapa dari kita ada yang loading dari pertengahan kepil ke
sapuran tetapi setelah itu bisa loss lagi sampai Dieng.
Dan semua bersepeda
menjadi orang orang yang tangguh dan lebat bisa lulus merenda jalan tanjakan Dieng.
Alhamdulillah dengan rasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan atas
dukungan team operasional,team support dan team bayangan dengan motor nmax
yang maju mundur mengatur jalan dan sering mengambil gambar foto jepret jepret
sana sini atau sekedar membuat kita tahu sudah sampai dari dan ke mana saja
lainnya.
Sampai sampai menjadi jalan komunikasi terjalin dari mengatur ritme
bersepedanya itu menjadi asyik bagi semuanya berjalan lancar dan sukses.
Bersepeda kali ini hanya terbatas sampai wisata Dieng tapi sebelumnya di hari
pertama ini Jogja Wonosobo lalu kita menginap di home stay Mudal.k
Dan kenapa di namakan penginapan
mudal karena di atas tempat ini ada pos instalasi air PAM yang bernama mudal makanya daerah ini begitu tersedia air yang melimpah dan subur.
Apalagi tanamannya di lereng bukit saat pagi hari ini terlihat tampak tegak
berdiri tanpa aturan di sebelah timur ada gunung di balik jejeran pepohonan yang menghijau.
Di hari kedua di Wonosobo.
Pagi ini di hari kedua di joglo Wonosobo kita semua siap siap dan saya
sudah bangun di jam 04 waktu kita merasakan hujan yang tak begitu lebat.
Tapi
beberapa sepeda juga basah dan beberapa kue yang masih di luar rumah ada pisang,buah jeruk, bistik,gorengan,arem arem.
Itu mulai kayak limpahan bakso seperti nek warung Dieng berharga 10 ribu semangkok dan di atas piring pada kemampul oleh jatuhnya air hujan pagi itu.
Atau......!!
Atau soal kisah memasuki sebelum Kleco kita istirahat di warung tengah sawah,makan
siang gudeg Jogja di pom bensin sapuran.
Lalu di begal sama teman soc
Wonosobo atau di alun alun alun Wonosobo.
Atau kita ketemu dari teman temanya teman
kita untuk mampir makan minum menjadi gambaran semua rejeki dan nikmat
perjalanan jauh dengan melimpah makanan,minuman dan bersih bersih diri ini
menjadikan sore itu juga bisa saja ada terkirim buah buahan temanya teman dari joglo mudal.
Saat makan malamnya di joglo dengan menu ayam goreng menjadi hiasan kisah kali ini
sudah tak mungkin kelaparan dan kekurangan pilihan dari makanan yang enak enak seperti
ini.
Walau sebagian terselamatkan dari hujan tetap saja malam itu ada sebagian kita
hanya tidur beberapa jam.
Dan tetap saja terganggu oleh suara ngorok teman gowes atau suara cremus
cremus gigi bergesekan orang tidur.
Atau ada walang masuk joglo dan berbunyi wes wes malam itu merisaukan bagi dirinya sendiri
Padahal nek misal badan kurang turu bisa masuk angin tur
esok e jadi badan panas dingin terus masuk angin seperti rasanya mulut ini saat mangan
opo opo rasane pahit tetap saja berusaha harus diisi perut ini
Atau iso ugo buat alasan mau loud ingat ......mas !!! kata teman di sebelah saya yang
masih saja halu bila ketemu tanjakan besok pagi.
Atau dari bunyi orang lembur bekerja untuk memukul paku berbunyi pemantul suara dari palu di gedung sebelah lagi persiapan untuk pernikahan
yang mau ada acara hajatan pagi harinya.
Mulai di siapkan.
Mulai saja persiapan gowes tanjakan Dieng yang berjarak 18 km dari joglo mudal
ini menjadi gambaran saat sudah di siapkan soto teh manis sebagai sarapan pagi
hari.
Memulai perjalanan dengan pengawalan di depan dengan moda n_max ini keluar
jalan utama sudah ketemu wisata pemandian air panas lalu kita menuju tanjakan
gerbang selamat datang di wisata Dieng.
Ini bukan soal kuat di tanjakan tetapi soal mengatur ritme dari setiap orang
berbeda beda di mana harus menentukan di mana berhenti dan minum air atau
makan roti dengan buah buahan apalagi buah pisang dan anggur sudah tersedia
untuk kekuatan tambahan.
Tidak di temukan turunan tetapi saat pulang dengan mobil Hiace sempat
menghitung Dieng Wonosobo tanjakan hanya 5 posisi tak sebanding sebaliknya.
Dan begitu ambyar apalagi saat mendekati jalan di pinggiran lereng bukit puncak
Tieng itu terasa sungguh ngaluk ngaluk.
Tetapi pada kenyataanya di jalani dengan gowes sepeda tidak seseram dan menakutkan pikiran ...bro.
Mampir di Tieng sekedar foto foto dan restorasi fisik dengan istirahat walau
ada saja yang sudah merangkak naik itu sudah tak serem rolling jalan aspal
di bawah tadi.
Dan mulai landai dan 2 kali turunan sebelum melewati gerbang
selamat datang menuju tulisan Dieng yang menandakan kita telah finis gowes
kali ini.
Bisa berkata kita lulus bro !!!
Tafsiran waktu 3-4 jam dalam rentang jauhnya 18 km di tanjakan kali ini
menjadi gambaran yang bisa saya capai walau ada saja yang lebih dulu sampai di
situ menunggu kita semuanya.
Siap siap balik Jogja.
Kisah wisata ala ala sepedaan telah usai tinggal mengatur posisi sepeda
masuk ke mobil dengan jagrak di susun rapi dan di ikat.
Kemudian sama saja dengan
orangnya naik mobil Hiace .
3 Mobil ini di sediakan untuk balik ke Jogja salah satunya mobil Hiace dengan
ukuran menengah cukup ke isi 15_17 orang dengan sebagian di ganjal tas
tas bawaan ini.
Mobil ini di buat oleh Toyota Jepang sekitar tahun 1967 dan di Indonesia untuk
transportasi yang nyaman dan ada ac ini terkadang masih belum biasa kita mem
buka di jendelanya itu.
Sepanjang jalan pulang menuju Wonosobo dapat melihat Dieng dari atas mobil
dengan lebih meliuk-liuk jalanan turun.
Lalu ..... ini baru sadar kok bisa bisanya melewati tanjakan sepertinya sambil
menghitung tanjakan pas Dieng Wonosobo.
Dan ini sekitar 5 tanjakan dan mampir di
sebuah rumah yang ada spot futsal membuat sebagian kita terhibur oleh sebagian
kita mulai tendang tendangan main bola di dalam stadion yang di jaga oleh jala jala rajutan saat lainnya mulai mandi secara antri menjadi penyegar saat ingin balik
ke Jogja lagi .
Walau ada saja di dalam mobil ini kita bercerita sana sini atau ada saja yang
membuat sedih saat 2 teman kami mulai mual masuk angin atau mabuk perjalanan di
mobil ada AC .
Hal ini menjadi pengingat bahwa teman bila berbalik di masa lalu bila
wisata seperti ini juga ada temannya yang suka mabuk di mobil.........jadi
kita mulai faham siapa yang lemah sebagai pengingat tentang daya tahan
seseorang agar bisa terkontrol orang lainnya dalam menikmati bahagia ala ala kita ini .
Atau kata teman di sini bagaimana bisa mengatur emosi,daya tahan dengan
memanajemen tubuh apa yang di perlukan.
Misal butuh obat mabuk ,butuh obat
diare dan obat Neurobion sebagai penguat tubuh.r
Harus di control tersedia
secara pribadi dari personal pelakunya ini atau kadang ada saja yang kadung
ngeyel menjadi kita kita membuat sedih lainnya.
Maka saat itu ada satu orang bersuara serak serak basah yang menggelegar
membuat kita ikut ikut kor bersuara dan terdengar suara serempak sesering itu
bila kamu ikut di barisan ini......dan berucap seperti ini.....wes wes angel
angel tuturan mu cah.
Akhir kisah ini.
Semua yang ikut di sini punya tujuan serta bahagianya sendiri sendiri
termasuk saya ini bisa di ikutkan kepada sekelompok cah angel angel ini .
Saat gowes kali ini adalah tidak saja seusia muda saja tetapi ada juga yang
mulai sepuh tetapi berjiwa muda di umur 60an bisa tetep meteges tekan puncak
Dieng dengan sepedanya .
Ini bukan soal alon alon asal kelakon atau kuatnya berada di barisan terdepan.
Tetapi bagi saya hanya pengulangan ke tiga kalinya ini hanya sebagai pendorong
semangat mereka agar maju demi kayuhan dari apa saja tujuan mereka itu.
Agar
bisa melebihi batas batas orang biasa dari batas diri mereka sendiri supaya perjuangan
sampai kesini tidak sia sia harus bisa sampai Dieng....lho bapak bapak strong !!.
Setidaknya bisa buat Klangenan ngeladuk crita nek pos Rondo kampung saat bersama teman
teman seusia senja di masa tuanya itu bisa seperti ini adalah kenangan asyik
bagi kaum bapak bapak ini.
Apalagi bila sudah di akui dunia bersepeda bahwa kaum bapak bapak itu masih
bisa membuat sejarah sebagai tanda wes tahu "lulus" tanjakan Wonosobo_Dieng
itu kapan lagi nek ora saiki.....ngono,to Pak !!
Pada akhirnya kata kata sepanjang jalanan selalu saja berucap.....wes wes
angel angel tuturan mu adalah embrio menakutkan agar kita ter_manutkan satu
dengan lainnya dan bisa terkoordinasi ala ala kita ini.
Walau saat niatan pingin tidur di mobil wes mau tidur malah harus makan malam
untuk mampir di warung tahu kupat di dekat stasiun Blabak Magelang yang
katanya terenak dan lebih enak yang ini ....lho bro !!
Di lanjutkan perjalanan menuju Jogja untuk pemberhentian di daerah warung Ingkung sambilegi.
Lalu kita menurunkan sepeda dari loading untuk kemudian kembali ke rumah masing
masing.
Wes wes rasah manut tuturan_mu sek tak nut saiki iso turu pules nek omah walau
tekan omah yo raiso turu mok bukak hp delok foto foto sek terlampir nek
WhatsApp.
Saat air panas wes mulai mateng buat teh anget sisanya setelah mandi abal abal
itu lalu meredam kaki ini.
Beberapa menit dengan air hangat baru mata ini mulai mata ini rasanya biyut biyut mau tidur
Dan pertanda di mulai pembalasan untuk bisa tidur pules untuk membayangkan
mimpi indahnya foto foto besok pagi di upload teman hebat saat itu.
Mimpi Dieng telah usai saatnya untuk mulai tidur di kota jogja tercinta.
Selesai.
Terimakasih kepada teman JCC Jogja dan semua sponsor yang telah memberikan
kita kesempatan agar bisa gowes sampai ke Dieng.
Jogja.
19-20 September 2020.
Salam
Cerita :
Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .