Kamis, 24 September 2020

Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .

Cerita Gowes 110 Km dari Jogja ke Dieng ini benar-benar menggambarkan semangat dan tantangan luar biasa dari para pesepeda yang tergabung dalam Komunitas JCC. Dimulai pada pagi yang cerah di hari Sabtu, tepatnya pada 19-20 September, mereka memulai perjalanan jauh menuju Dieng, yang dikenal sebagai "negeri di atas awan".

Dengan rute yang sudah direncanakan dan titik berhenti yang ditentukan, mereka berangkat dari area Jombor, Yogyakarta, pada pukul 06.00 WIB. Perjalanan ini tidak hanya soal mengayuh sepeda, tetapi juga tentang mengejar mimpi dan menguji diri. Dalam setiap pedal yang diputar, mereka mencoba melihat dunia dari perspektif yang berbeda, jauh dari jalur yang biasa mereka lewati, seperti Warjo Pakem atau Puncak Bibis.

Perjalanan menuju Dieng, yang berjarak 110 km, memang penuh tantangan, terutama dengan tanjakan-tanjakan yang menguras tenaga. Namun, semangat tim JCC tetap terjaga. Mereka tidak hanya mengandalkan fisik, tetapi juga kebersamaan dan instruksi dari sang kapten yang memastikan semua pesepeda tetap aman di jalan.

Selama perjalanan, meskipun ada insiden kecil—seperti salah satu peserta yang tertabrak motor hingga hanya mengalami kerusakan pada ruji sepeda—semua peserta tetap selamat dan melanjutkan perjalanan. Hal ini menunjukkan pentingnya kewaspadaan dan kesabaran saat melewati jalanan yang penuh tantangan, baik dari segi medan maupun kondisi lalu lintas.

Cerita ini juga menjadi pengingat bagi mereka yang tidak bisa ikut gowes untuk tetap merasakan kebahagiaan melalui cerita ini. Semoga kisah perjalanan ini bisa menginspirasi, agar di masa depan semakin banyak yang ikut merasakan keseruan dan tantangan turing sejauh 110 km menuju Dieng.
.

Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .

Bagian cerita kedua ini menggambarkan perjalanan yang menyenangkan dan penuh keindahan alam. Sepeda kali ini hanya sampai wisata Dieng, tetapi perjalanan dimulai pada hari pertama dari Jogja ke Wonosobo, dan kemudian menginap di homestay Mudal.

Mengapa penginapan ini dinamakan Mudal? Karena di atas tempat ini terdapat pos instalasi air PAM yang disebut Mudal. Nama ini menjadi simbol bagi daerah yang kaya akan air dan kesuburan tanahnya. Di sekitar homestay, terlihat tanaman-tanaman di lereng bukit yang tampak berdiri tegak di pagi hari. Di sebelah timur, gunung menjulang tinggi di balik jejeran pepohonan hijau, menambah keindahan alam yang mempesona.

Bagian ke-3 cerita ini menggambarkan perjalanan gowes yang mengesankan dari Jogja menuju Dieng dengan jarak 110 km. Pengalaman di tanjakan gerbang selamat datang wisata Dieng menjadi inti cerita, dengan penekanan pada pentingnya pengaturan ritme dan strategi selama perjalanan. Meskipun perjalanan ini menguji fisik, terutama di tanjakan yang menantang, ada momen-momen yang memberi kekuatan tambahan, seperti buah pisang dan anggur yang tersedia untuk membantu pemulihan energi.

Meskipun jalur tersebut penuh dengan tanjakan, penulis menyadari bahwa pengalaman gowes dengan sepeda tidak seseram yang dibayangkan sebelumnya, meskipun jalannya menanjak dan melintasi lereng bukit. Mampir di Tieng, penulis merasakan momen restorasi fisik dan kelegaan sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa turunan, akhirnya mereka tiba di gerbang selamat datang yang menandakan mereka telah menyelesaikan perjalanan gowes mereka.

Bagian ini menunjukkan bagaimana perjalanan gowes, meski penuh tantangan, tetap memiliki sisi positif dan memberikan kepuasan, serta menggambarkan bagaimana setiap perjalanan memiliki ritme yang berbeda, sesuai dengan kekuatan dan ketahanan masing-masing individu.




Di hari kedua di Wonosobo.


Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .
Pagi ini di hari kedua di joglo Wonosobo kita semua siap siap dan saya sudah bangun di jam 04 waktu kita merasakan hujan yang tak begitu lebat.

Tapi beberapa sepeda juga basah dan beberapa kue yang masih di luar rumah ada pisang,buah jeruk, bistik,gorengan,arem arem.

Itu mulai kayak limpahan bakso seperti nek warung Dieng berharga 10 ribu semangkok dan di atas piring pada kemampul oleh jatuhnya air hujan pagi itu.

Atau......!!

Atau soal kisah memasuki sebelum Kleco kita istirahat di warung tengah sawah,makan siang gudeg Jogja di pom bensin sapuran.

Lalu di begal sama teman soc Wonosobo atau di alun alun alun Wonosobo.

Atau kita ketemu dari teman temanya teman kita untuk mampir makan minum menjadi gambaran semua rejeki dan nikmat perjalanan jauh dengan melimpah makanan,minuman dan bersih bersih diri ini menjadikan sore itu juga bisa saja ada terkirim buah buahan temanya teman dari joglo mudal.

Saat makan malamnya di joglo dengan menu ayam goreng menjadi hiasan kisah kali ini sudah tak mungkin kelaparan dan kekurangan pilihan dari makanan yang enak enak seperti ini.

Walau sebagian terselamatkan dari hujan tetap saja malam itu ada sebagian kita hanya tidur beberapa jam.

Dan tetap saja terganggu oleh suara ngorok teman gowes atau suara cremus gigi bergesekan seperti orang tidur.

Atau ada walang masuk joglo dan berbunyi wes wes malam itu merisaukan bagi dirinya sendiri  

Padahal nek misal badan kurang turu bisa masuk angin tur esok e jadi badan panas dingin terus masuk angin seperti rasanya mulut ini saat mangan opo opo rasanya pahit tetap saja berusaha harus diisi perut ini 

Atau iso ugo buat alasan mau loud ingat ......mas !!! kata teman di sebelah saya yang masih saja halu bila ketemu tanjakan besok pagi.

Atau dari bunyi orang lembur bekerja untuk memukul paku berbunyi pemantul suara dari palu di gedung sebelah lagi persiapan untuk pernikahan yang mau ada acara hajatan pagi harinya.

Mulai di siapkan.

Mulai saja persiapan gowes tanjakan Dieng yang berjarak 18 km dari joglo mudal ini menjadi gambaran saat sudah di siapkan soto teh manis sebagai sarapan pagi hari.

Memulai perjalanan dengan pengawalan di depan dengan moda n_max ini keluar jalan utama sudah ketemu wisata pemandian air panas lalu kita menuju tanjakan gerbang selamat datang di wisata Dieng.

Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .
Ini bukan soal kuat di tanjakan tetapi soal mengatur ritme dari setiap orang berbeda beda di mana 

Bisa berkata kita lulus bro !!!
Kisah ke-4 ini melanjutkan perjalanan gowes yang telah selesai dengan penuh pencapaian dan refleksi. Setelah melalui tanjakan yang menantang, penulis dan teman-temannya berhasil mencapai tujuan mereka, dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam untuk menaklukkan 18 km tanjakan. Walaupun beberapa orang lebih cepat sampai, mereka tetap menunggu yang lainnya dengan semangat kebersamaan.

Setelah perjalanan sepeda selesai, kini waktunya untuk kembali ke Jogja dengan menggunakan mobil Hiace yang disediakan untuk perjalanan pulang. Mobil ini, meskipun sudah cukup tua, tetap memberikan kenyamanan dengan AC-nya. Di perjalanan pulang, mereka mulai menyadari betapa menantangnya perjalanan yang telah mereka lewati, dengan pemandangan Dieng yang memukau dari dalam mobil.

Namun, di perjalanan ini, ada juga yang mulai merasa tidak enak badan, seperti mual dan mabuk perjalanan. Hal ini mengingatkan mereka tentang pentingnya daya tahan tubuh dan bagaimana pengaturan tubuh serta emosi dapat mempengaruhi perjalanan. Obat-obatan seperti obat mabuk, diare, dan Neurobion pun disiapkan sebagai persiapan untuk memastikan semua orang tetap fit dan menikmati perjalanan.

Momen yang paling menghibur terjadi ketika seorang teman mulai bernyanyi dengan suara serak, dan seluruh kelompok ikut bernyanyi bersama, menciptakan suasana kebersamaan dan kehangatan yang menyenangkan. Meskipun perjalanan pulang terasa lebih ringan dibandingkan perjalanan gowes, cerita ini mengingatkan akan pentingnya kebersamaan dan mengelola emosi serta tubuh agar perjalanan tetap menyenankan untuk semua.




Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .


Percakapan antara dua generasi gowes jauh ini menggambarkan semangat dan refleksi yang muncul setelah menaklukkan perjalanan 110 km. Salah satu dari mereka, yang mungkin lebih berpengalaman, menyadari bahwa meskipun ini adalah perjalanan ketiganya, ia ingin menjadi pendorong semangat bagi teman-temannya yang lebih muda. "Gowes 110 km ini hanya pengulangan ke tiga kalinya, tapi buat mereka yang lebih muda, ini adalah tantangan untuk melampaui batas diri mereka sendiri. Jangan biarkan perjuangan ini sia-sia, kita harus sampai Dieng, lho!" serunya, mengingatkan pentingnya tujuan dan semangat untuk terus maju.




Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .
Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .

Sementara itu, generasi yang lebih tua, atau "bapak-bapak", mengungkapkan bagaimana perjalanan ini menjadi kenangan indah yang bisa mereka ceritakan saat sudah menua. "Setidaknya bisa jadi cerita yang asyik di pos Rondo kampung nanti, bareng teman-teman sesama 'senja' di masa tua," katanya, sambil tersenyum mengenang perjuangan mereka. Bagi mereka, ini lebih dari sekadar gowes, ini adalah cara untuk membuktikan bahwa usia bukan penghalang.

Namun, percakapan itu berujung pada pengakuan yang penuh kebanggaan. "Apalagi kalau sudah diakui di dunia bersepeda, kita kaum bapak-bapak masih bisa menorehkan sejarah. Kita sudah tahu kapan 'lulus' tanjakan Wonosobo-Dieng itu. Kapan lagi, kalau bukan sekarang?" ujar mereka dengan semangat, seakan menegaskan bahwa perjalanan ini adalah pencapaian besar, bukan hanya bagi mereka, tetapi juga sebagai bukti bahwa usia bukanlah halangan untuk terus berjuang.

Percakapan ini adalah refleksi dari kebanggaan dan semangat yang tak pernah pudar, baik dari generasi muda yang ingin mengukur batas dirinya, maupun dari generasi yang lebih tua yang masih mampu menunjukkan kekuatannya.


Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .


Cerita ini mengisahkan perjalanan yang penuh kenangan dan kebersamaan. Setelah menempuh perjalanan jauh sejauh 110 km dari Jogja ke Dieng, penulis dan teman-temannya menikmati momen-momen sederhana setelah perjalanan panjang. Mereka berhenti di Warung Ingkung untuk menikmati hidangan, kemudian menurunkan sepeda dari kendaraan untuk kembali ke rumah masing-masing. Penulis merasa puas meskipun lelah, namun masih sempat melihat foto-foto di WhatsApp sebelum tidur. Saat air panas meredakan kelelahan di kaki, rasa kantuk mulai datang, dan perjalanan menuju tidur yang nyenyak pun dimulai. Cerita ini berakhir dengan kehangatan kota Jogja dan mimpi indah yang siap untuk disambut.

Selesai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Edisi unggulan

Bukan Rambo.

Aku manusia biasa bukan Rambo. Setiap kali aku mulai bersepeda terkadang aku perlu teman-teman dan bisa saja di jalanan secara tiba-tiba ada...