Rabu, 16 Desember 2020

Tanjakan Kampung Pitu Gunungkidul.

Cuaca pas hujan gerimis.

Kegiatan gowes kali ini selain berburu tanjakan yang belum pernah di coba yaitu tanjakan kleg_ung dan tanjakan terakhir menuju Tanjakan Kampung Pitu.


Dan juga untuk menjalin silahturahmi komunitas JCC Jogja di awali tadi pagi pada tanggal 131220 di jam 06,00 waktu tikum blok o Jogja.



Foto ; hanya pemanis blog saja.

Mantenan nanjak ini menyebut dirinya goweser breng_sex karena begitulah perjalanan adanya karena gowes nya.


Yang tak karuan jalan yang di pilih selalu tanjakan breng_sex yang di lalui dan di coba sebagai tantangan walau terkadang saling mengejek.


Tetapi  itulah kebersamaan bisa terjalin erat dengan memahami satu sama lainnya.


Dengan caranya masing masing yang penting bisa aman,lancar dan lainnya akan di tunggu di atas tanjakan bagi mereka yang nggak kuat.


Kampung Pitu.

Kita pelaku yang sadar diri berkunjung di tempat wingit yang penuh mitos dan adat istiadat yang begitu kental mistis.


Saat keberadaan dari kampung ini maka harus tetap waspada selalu untuk selalu bisa kulon_uwun dan menghargai kondisi yang ada tanpa mengusik dan merubahnya..


.... Seperti ungkapan ini _ tidak ada yang sempurna tapi sempurnakanlah apa apa yang ada di sekitarmu ....... 


Karena tidak ada yang abadi di dunia ini dari yang baik yang bahagia maupun yang lucu.


Bahkan ada yang ter_luka atau tiba tiba saja di lain waktu bisa saja menertawakan soal rasa yang dulu kala pernah ada dalam kehidupan_mu itu....!?.


Lalu.

Kembali ke kisah kampung Pitu awalnya bernama Tlogo Guyangan alias telaga_ pelang_geran ini.


Itu salah satu mata air yang di andalkan penduduk di sini untuk memenuhi ekosistem kehidupan sehari hari warga di sini secara logis tetapi tetap terjaga lestari menghijau.



Foto ; kebersamaan semua mantenan JCC Jogja.


Mata air.

Tempat pemandian ini merupakan tempat memandikan ternak warga di sini tapi ini soal mitos yaitu adanya ternak gaib yang berujud kuda Sembrani bersayap yang sering terlihat.


Kuda ini sebagai tunggangan para dewa dan bidadari bidadari surga yang turun ke bumi sebagai kendaraan mereka.


Sedangkan adanya dan berdirinya kampung Pitu berkat ada seseorang yang bisa menang hadiah sayembara.


Mulai dari pihak keraton Jogja karena beliau bisa menjaga dan merawat pohon bertuah yang di dalamnya ada benda berwujud jimat milik keraton.


Pohon itu berujud tanaman kinah atau gadung Wulung yang konon katanya pohon itu ada pusaka yang cukup besar.


Maka sebagai imbalannya ia mendapat tanah di kampung ini dan di wariskan ke turunannya terus saja berlanjut sampai saat ini.


Saat ini.

Saat ini di kampung pitu ini terlihat elok pemandangannya dan perkembangannya menuju ke arah sini sudah di bangun jalan cor semen. 


Dengan rumah rumah gaya Limasan kini mulai berubah pada akhirnya jadi bangunan modern dan jalanan di tengahnya ada tanah.


Saat tanah itu kini suasananya menjadi area tujuan destinasi wisata.


Termasuk kita para pesepeda ini untuk datang ke sini dengan di gowes walau kita ini lelah tetap bahagia.


Saat melihat pemandangan alam yang subur itu dan tanahnya cukup air dari telaga yang katanya mistis itu atau udaranya yang sejuk suasananya jauh.


Jauh dari polusi udara serta kondisi tidak bising dari kehidupan duniawi tapi semua tidak ada yang sempurna.


Tetapi tetap saja ada pantangannya tentang mitos dan adat istiadat yang mengharuskan begitu.


Yaitu harus tujuh rumah berdiri di area 7 hektar luasnya di tempat ini ternyata harus di patuhi.


Karena setiap orang yang ada di situ atau yang punya niatan tinggal di situ harus pikir pikir seribu kali untuk membangun rumah kalau nggak ingin kena tuahnya.....!?


Kalau sudah niatnya ingin melanggar pantangan itu untuk macam macam.


Maka orang itu tidak akan pulang dengan selamat dan tubuhnya mungkin bisa pulang tapi nyawanya entah di bawa kemana kata seseorang yang ngakunya penduduk di situ.


Maka orang orang yang terpilih yang boleh tinggal di sini atau anak anaknya saja banyak yang pindah ke luar kampung ini ataupun ada juga yang pingin tinggal di sini.


Maka ada yang nikah seperti yang di lakukan pak Dalino lelaki asal Klaten yang menikahi warga di sini.


Dan istrinya adalah cucu Mbah Rejo Dimulyo adalah cara lain orang luar agar bisa tinggal di kampung Pitu ini.


Kembali siapa itu Mbah Rejo Dimulyo ia sosok berumur lebih dari 103 tahun itu beliau sebagai juru kunci kampung Pitu.


Yang bertugas menjaga jalanya tradisi di puncak gunung nglangerman.


Sedangkan penduduk di sini ada keunikan yaitu ada 30 jiwa,7rumah,7kk dengan luas area 7 hektar.


Dan dengan masing masing keluarga memiliki 1 hektar tanah dan tidak boleh menggelar pertunjukan wayang karena pantangan.


Letaknya.

Kampung Pitu adalah tanah bertuah terletak di sisi timur wisata nglangeran wetan atau orang sering menyebut sebagai daerah gunung wayang kecamatan Pathuk kabupaten Gunungkidul jogjakarta.


Jalur pilihan yang brengsek.

Gowes kali ini di sisi timur kota Jogja melewati blok o ke arah Berbah sampai jalan Piyungan arah daerah petir kanan tapi ke kiri arah daerah tanjakan Klegung.



Foto ; Jalan setelah jembatan kalau lurus arah tanjakan petir dan belok kiri arah tanjakan klegung.

Dan itu katanya tanjakan tidak se_parah tanjakan menuju petir karena di petir ini berundak tajam.


Walau jalanya aspal yang sudah rusak berbatu jalanya apalagi dekat lingkungan perkampungan yang ramai. 


karena kalau klegung hanya satu tanjakan saja dan hanya ini jalan yang ekstrem saja setelah di lewati jalanya cor semen yang sudah jadi kerikil apalagi saat malam tadi hujan jadi jalan kadang licin dan mempelesetkan ban sepeda.


Setelah itu kita tembus jalan baru sekitaran wisata Jurug gede kita ke kanan menuju sisiran batu tebing dari kapur di daerah Girisubo Gunungkidul.


Atau yang sebelah kiri ada 2 pohon randu alasnya menjuntai tinggi sekali itu mempunyai kisah mistis karena tidak bisa di tebang pada akhirnya pembuatan jalan di belokkan.


Lalu ketemu perempatan nglangeran ada warung angkringan untuk sekedar ngisi perut ini dengan wedangan panas sambil nyusun strategi menuju kampung Pitu.



Foto ; perkiraan perjalanan dari strava.


Dari perempatan nglangeran kurang lebih seratus meter belok kanan ketemu gang kecil tanah cor semen.


Saat kita mulai menanjak jadi asyik untuk di coba ketika akan mengunjungi kesini dengan daerah berbukit maka secara geografis letak rumah satu dengan lainnya letaknya saling berjauhan.


Dan juga ada yang berjejer atau tanpa aturan banyak batu andesit di sana sini menjadi pemandangan gowes kita ini semakin menarik.


Tanjakan Soponyono.

Sampailah kita ke tanjakan terakhir kampung Pitu yang kita sebut saja tanjakan SopONyOnO.


Dan harus di coba walau ada yang lulus tetap saja ada yang menuntun dengan tanan full cor semen dan licin itu.


Seakan mempertemukan kita dengan perempatan yang ada masjid di situ untuk menjaga kepercayaan dan ajaran agama Islam Jawa di sekitar sini.



Foto area finis seputaran puncak kampung Pitu di warung teh.


Hari ini saya seneng banget semua lancar ,aman dan selamat sampai Jogja lagi.


Karena saking terharunya bisa keluar dari suasana dan situasi was was di turunan ,tempatnya yang penuh mitos mistis dan seperti mimpi siang hari.


Atau cara kita yang breng_sex bisa mengatasinya dengan kebersamaan dan kembali lagi pulang ke Jogja di jalan semula apalagi jalanan banyak turunnya.


Saat semangat lagi tetap mencari warung satu demi satu tetap tutup warungnya maka sampai di dekat jec Jogja baru bisa ketemu warung sate Bu Jogo.


Dan membuat kemampuan kita yang sempat hilang kembali pulih karena gowes kita sudah biasa terlatih secara continue.


Sekedar untuk menentukan irama kebersamaan tetapi tetap mengukur batas kemampuan itu.


Iya... ya kalau tidak kuat ya di dorong team motor dan jangan sampai kebahagiaan kita ini pada akhirnya jadi musibah membuat me_repotkan mantenan kita sendiri.


Salam bergengsi.
Tetap jaga jarak saat berada di Tanjakan Kampung Pitu   mas bro !!?

Selesai.
151220

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Edisi unggulan

Anniversary ride 5 th Jogja pit Ringkes

Aku ingin berubah bersama mereka. Pada awalnya, bersepeda dengan sepeda lipat hanyalah sekadar kesenangan pribadi. Namun, setelah mengenal b...