Kamis, 25 Agustus 2016

SELOPAMIORO .

Selopamioro: Jembatan Gantung yang Menjadi Kenangan

Di sebuah desa yang terletak di kawasan selatan Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Imogiri, ada sebuah wisata alam yang penuh kisah. Wisata ini tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga sejarah yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Jembatan Gantung Selopamioro, yang dibangun pada tahun 2004, kini tinggal kenangan setelah diterjang banjir yang membawa jembatan tersebut terbawa arus Sungai Oyo.


Sungai Oyo yang dulu menjadi tempat beraktivitas warga sekitar, kini menjadi saksi bisu dari banyaknya kenangan. Salah satunya adalah momen-momen seru yang tercipta di sekitar jembatan gantung Selopamioro. Sebuah rencana biasa yang dimulai dari minat bersama, menikmati alam melalui bersepeda, memancing, dan camping di lokasi yang sangat memesona ini. Pemandangan alam dengan sawah terasering yang menghijau, tebing-tebing tinggi, serta batu-batu besar tersebar di sekitar area ini membuat siapa saja yang datang merasa terpesona.


                     


Tak hanya itu, wisata ini sering menjadi ajang selfie bagi para pecinta alam, terutama ketika mereka berjalan-jalan di sekitar tebing dan sungai. Perjalanan menuju lokasi ini pun cukup seru, dimulai dari Kota Jogja, melewati daerah Bantul, dan berlanjut ke arah Imogiri bagian timur. Semua itu membawa para wisatawan ke Desa Sriharjo dan Desa Selopamioro, yang menjadi tujuan populer untuk bersepeda menuju jembatan gantung Selopamioro.

  









Jembatan gantung yang panjangnya mencapai 70 meter ini hanya cukup dilalui oleh satu sepeda saja, dengan lebar sekitar dua meter. Keindahan dari jembatan ini terlihat jelas dari bawah, dengan suasana yang sangat khas, menjadi daya tarik bagi para pengunjung yang datang. Di sisi lain, jembatan ini juga menjadi sarana transportasi penting bagi warga setempat, menghubungkan Desa Selopamioro dan Desa Sriharjo.

Kisah ini berlanjut ketika sekelompok teman datang pada suatu sore, berencana untuk memancing di Sungai Oyo. Namun, karena air sungai yang keruh akibat hujan deras, mereka tidak berhasil menangkap ikan. Meskipun begitu, mereka tetap menikmati momen dengan berfoto dan bercanda di bawah jembatan, sambil menunggu malam tiba. Suasana malam yang semakin kelam ditambah suara ayam hutan yang memecah keheningan, memberikan nuansa magis di tempat ini. Bulan separuh muncul malu-malu, menyinari area di bawah jembatan, membuat suasana semakin terasa istimewa.

Namun, rencana untuk mendirikan tenda pada malam itu harus tertunda karena hujan lebat. Mereka akhirnya memutuskan untuk berkemah di sebuah rumah parkir yang kosong, menyebarkan tenda dan menikmati malam yang berbeda. Walaupun suasana berubah, kisah berkemah dan berkumpul di sini menjadi kenangan yang tidak terlupakan.

Jembatan Selopamioro memang sudah tidak ada lagi, tapi kenangan yang tercipta di sekitar sungai dan jembatan itu tetap hidup. Banyak cerita yang berkembang dari pengalaman bersepeda, memancing, hingga berkemah. Kisah ini menjadi bagian dari sejarah kecil yang terus dikenang, meskipun lingkungan di sekitarnya semakin berubah.

Pemandangan alam yang elok di sekitar lokasi ini tetap menarik para wisatawan, terutama para pencinta alam yang ingin menikmati sensasi petualangan di alam terbuka. Bagi mereka, Selopamioro tetap menjadi destinasi yang tak bisa terlupakan.

Dan demikianlah kisah tentang jembatan gantung Selopamioro yang kini tinggal kenangan, tetapi meninggalkan banyak cerita indah bagi mereka yang pernah merasakannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Edisi unggulan

Bukan Rambo.

Aku manusia biasa bukan Rambo. Setiap kali aku mulai bersepeda terkadang aku perlu teman-teman dan bisa saja di jalanan secara tiba-tiba ada...