Kamis, 24 Maret 2022

Cowok Panggilan Mak Mak gowes.


Cowok Panggilan Mak Mak gowes.

Foto dari Facebook Jogja gowes.


.


Foto hanya sebagai pemanis ceritera blog ini saja.






Foto hanya ilustrasi di blog ini saja.


Penulis dalam mengartikan cowok panggilan atau di singkat (CP) dalam versi Mbah Google.


Dia menyebut cowok panggilan yaitu seseorang yang tidak menjajakan dirinya di tempat umum melainkan seorang penggowes.


Yang sudah biasa gowes dan terampil mengatur rute sepeda ataupun foto foto yang ciamik untuk bisa menemani mak mak yang hobi gowes.


Dan memberi tutorial langsung di jalanan dengan segala permasalahan yang akan terjadi.


Termasuk soal memberi tutorial memakai sepeda ke Mak Mak dari yang ban kempes harus di pompa,kasih tahu posisi rem sepeda dan terpenting cara memindah posisi gir depan belakang agar nyaman di kendarai.


Cp itu ..... !?.

Di lanjut bukan saja bisa bersepeda dalam mengamankan situasi Mak mak atau tahu jalan yang nyaman di perjalanan yang akan di tuju itu.


Tetapi bisa juga mengenal tentang berbagai kerusakan dari dasar sepeda yang dia pakai.


Bisa mengambil dengan memilih gambar foto perjalanan gowes yang menarik.


Maka cp itu biasanya lebih ribet kalau soal mengambil foto Mak mak harus ini itu maunya.


Dan hubungan sesama pesepeda cowok dan mak mak ini harus melalui kebiasaan saling mengenal dahulu  karena suatu habitat yang sama saling mengenal dulu.


Untuk bisa mengantar para hobi gowes itu ketempat sesuai tujuan.


Namun bahasa bahasa khusus ini hanya khusus untuk habitat tertentu.


Yang di kenal identitasnya agar para suami suami mereka nantinya tidak menimbulkan keresahan di rumah tangganya itu saja.


Baca juga ; Mak Mak kalau gowes mengapa lebih tertarik memakai sepeda road bike daripada sepeda lainnya.


Akhir kisah ini.

Bahwa semua jalan yang pernah kita lalui dari niat awal punya sepeda sampai menjadi cah ngerti sepedaan itu butuh proses.


Terkadang harus kesandung jatuh,kejlung_up,sedih senang,ketinggalan lalu terpisah lalu kumpul bareng lagi dengan ceritera baru lagi.


Opo neh pas semaput malah jadi bahan candaan tapi Ojo gampang menyerah lho karo keadaan.


Tetap semangat dan jaga stamina dengan sarapan sebagai pondasi agar badan kokoh bakoh .


Apalagi jangan sampai kekurangan asupan cairan tubuh supaya tidak gampang kewer dan metre.


Semoga setelah ini di luaran sana abaikan saja yang seneng usil bin ajaib tukang ribet terus seneng maido di media sosial dan saat bertemu di jalanan saat bersepeda.


..... Ingat pesan dari penulis di sini kalau jadi orang yang waras karena eman eman kewarasan kalian.


 ....tetap lucu,unik,baik hati,suka menabung dan salam gowes krang kring itu saja.


Lalu....Bagi Mak Mak yang sudah terampil bersepeda apa masih ...!!?


Tunggu kisah selanjutnya di blog ini.

Seles



Ada seorang cowok, sebut saja namanya Adit, yang sudah menjadi langganan para Mak Mak di komunitas sepeda. Adit bukan hanya sekadar teman gowes, tapi juga seorang fotografer handal. Kamera DSLR-nya selalu siap di tas, tak pernah ketinggalan. Setiap kali diajak gowes, para Mak Mak tahu bahwa mereka tidak hanya akan mendapatkan teman bersepeda, tetapi juga foto-foto keren untuk mengabadikan momen-momen seru mereka.


Adit memang dikenal jago dalam mencari angle yang tepat. Dari bersepeda di tengah hutan hingga menikmati pemandangan matahari terbenam di tepi pantai, ia selalu bisa membuat setiap gambar terlihat lebih hidup. Bagi para Mak Mak, bersepeda bukan hanya tentang olahraga, tetapi juga kesempatan untuk mengekspresikan diri melalui foto-foto cantik yang akan mereka bagikan di media sosial.


"Adit, ayo gowes lagi! Kali ini kita mau ke tempat yang keren banget!" ajak salah satu Mak Mak, sambil tersenyum lebar.


Adit hanya tersenyum dan mengangguk, sudah terbiasa dengan ajakan-ajakan seperti itu. Tentu saja, bagi Adit, bersepeda bersama mereka bukan hanya soal menikmati perjalanan, tetapi juga momen berharga yang bisa diabadikan.


"Aku bawa kamera, siap-siap ya, nanti aku ambil fotonya!" serunya semangat.


Para Mak Mak pun semakin bersemangat. Selain berolahraga, mereka bisa merasa seperti model yang sedang difoto, lengkap dengan pemandangan alam yang menakjubkan. Adit pun tak hanya sekadar menjaga mereka selama bersepeda, tapi juga memberi mereka kenangan-kenangan indah dalam bentuk foto yang akan selalu mereka kenang.


Dari Gowes, Terbangun Persahabatan


Ternyata, lebih dari sekadar olahraga, bersepeda dengan Adit dan para Mak Mak ini telah menjadi ritual yang penuh makna. Mereka tidak hanya berbagi tawa dan cerita sepanjang perjalanan, tetapi juga saling mendukung dan memberi inspirasi. Bersepeda bersama mereka membuat Adit merasa seperti bagian dari keluarga besar yang tidak pernah kekurangan keceriaan.


Tapi, bukan hanya foto yang menjadi alasan mengapa Adit sering diajak gowes. Para Mak Mak juga tahu bahwa Adit adalah sosok yang selalu menjaga mereka dengan baik, memastikan bahwa perjalanan bersepeda mereka aman dan menyenangkan. Jadi, gowes bersama Adit bukan hanya soal menjaga tempo, tapi juga menjaga kebersamaan yang lebih dalam.


"Adit, kapan kita gowes lagi?" tanya salah satu Mak Mak, dengan semangat yang tak pernah padam.


Adit tertawa, menatap mereka sambil memeriksa kamera. "Tentu saja! Kapan saja kalian butuh teman untuk gowes dan foto-foto, aku siap!"


Tunggu Kisah Selanjutnya


Apakah petualangan bersepeda mereka akan terus berlanjut? Pasti! Karena bagi mereka, perjalanan ini adalah tentang lebih dari sekadar bersepeda—ini adalah tentang persahabatan yang tumbuh di antara setiap kayuhan pedal, dan kenangan yang selalu diabadikan dalam gambar.



---


Semoga cerita ini cocok dengan yang Anda inginkan! Apakah ada bagian lain yang ingin Anda tambahkan atau modifikasi?





Penulis.



Suatu hari, di sebuah kota kecil yang tenang, ada seorang wanita bernama Ibu Siti, atau yang biasa dipanggil oleh teman-temannya dengan sebutan "Mak Siti". Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak hanya sibuk dengan urusan rumah tangga, tetapi juga memiliki hobi yang sedikit berbeda dari ibu-ibu pada umumnya. Mak Siti adalah seorang penggemar sepeda, atau biasa disebut "hobi gowes".


Mak Siti mulai tertarik dengan dunia sepeda sejak beberapa tahun yang lalu, ketika ia melihat beberapa teman di lingkungannya bersepeda dengan sepeda road bike yang ramping dan ringan. Sebagai seorang ibu yang ingin tetap menjaga kebugaran tubuh, ia pun memutuskan untuk mencoba bersepeda. Sepeda road bike, dengan desain yang elegan dan kecepatan yang lebih baik, langsung menarik perhatiannya. Selain itu, ia merasa bahwa sepeda jenis ini memberikan pengalaman bersepeda yang lebih menyenangkan dan bisa menjangkau jarak lebih jauh dibandingkan sepeda biasa.


Pada awalnya, beberapa teman dekatnya, terutama yang lebih muda, agak heran dengan pilihannya. "Kenapa Mak Siti pakai sepeda road bike? Bukankah itu lebih cocok untuk anak muda yang suka berkompetisi?" tanya salah satu temannya.


Namun, Mak Siti menjelaskan dengan penuh semangat, "Saya merasa lebih nyaman dan percaya diri dengan sepeda ini. Road bike memungkinkan saya untuk bersepeda dengan kecepatan yang lebih baik dan tidak membuat tubuh saya cepat lelah. Ini juga cara saya untuk tetap sehat dan menikmati waktu senggang, meskipun sudah menjadi ibu rumah tangga."


Lama kelamaan, Mak Siti mulai bergabung dengan komunitas gowes di kota tersebut. Di sana, ia bertemu dengan ibu-ibu lainnya yang juga memiliki hobi yang sama. Mereka sering berkumpul, berbagi cerita, dan merencanakan rute-rute gowes yang menyenangkan. Bagi mereka, bersepeda bukan hanya soal olahraga, tetapi juga tentang kebersamaan dan melepaskan penat dari rutinitas sehari-hari.


Setiap akhir pekan, Mak Siti bersama teman-temannya menghabiskan waktu untuk bersepeda keliling kota atau menjelajahi jalur-jalur alam yang lebih menantang. Bahkan, suaminya yang awalnya tidak begitu mendukung, kini ikut merasa bangga karena istrinya bisa menjaga kesehatan dan memiliki hobi yang positif. "Saya tak pernah menyangka Mak Siti akan jadi seorang goweser. Ternyata sepeda bukan hanya untuk anak muda saja," kata suaminya dengan bangga.


Dengan tekad dan semangat, Mak Siti terus mengeksplorasi dunia gowes. Ia bahkan mulai mengikuti beberapa acara sepeda, yang membuatnya semakin percaya diri. Para ibu-ibu lainnya pun ikut mengikutinya, dan komunitas mereka semakin besar. Bersepeda, bagi mereka, bukan hanya soal olahraga, tetapi juga cara untuk saling mengenal, berbagi pengalaman, dan mendukung satu sama lain dalam menjalani kehidupan yang lebih sehat dan penuh kebahagiaan.


Rabu, 16 Maret 2022

Hati Hati di Jalan.

Hati hati di jalan.

Entah apa maksud dunia.

Entah apa maksud dunia tentang ujung derita tak bernama.

Semoga rindu ini menghilang konon katanya waktu sembuhkan..... akan adakah yang sepertimu......!

By ; Tulus 

Bila waktunya tiba !!.

Seandainya saya boleh memilih untuk mengulik lagunya om Tulus yang lagi viral itu sebagai tulisan blog ini.

Dan rasanya soal rasa kok mengena kalau pelan pelan membaca syair lagunya.

Foto dari YouTube.

Tetapi menyimaknya jangan berhenti tetapi kenyataan saat ini aku di sadarkan dan menyadarkan ku saat putaran roda sepeda ini ada yang memberi sinyal waktunya untuk berhenti.

Walau daya upaya di kerahkan tetap saja perlu sadar diri dan memahami .....jangan di lawan !!

Jangan di lawan bebasin saja rasa mu di lemes_in saja kalau sedang jatuh cinta bebasin saja bebasin lepas .....lepaskan.

Berhentilah untuk sesaat....!?.

Ya ..... Sebenarnya bersepeda adalah penemuan ter_genius dalam sejarah kehidupan saya.

Bersepeda itu semacam nutrisi untuk jiwa yang sehat atau kalau lagi sedih ya jangan bersepeda.

Apalagi di keramaian pilih di pinggir sawah,pegunungan dan janganlah menabur garam pada luka yang ter_alami yang terbuka terlihat menganga......itu nambah ngilu malah sakitnya.

Mungkin benar adanya kenapa saya belum bisa menikmati dengan kecepatan yang gang_sret hanya kepingin yang slow karena saya masih butuh api semangat untuk bisa bertahan ....itu kamu !!.

Mungkin itu kamu ....sebelum aku bisa menemukan_mu .

Karena semua ada batas batas  waktunya,masanya atau mungkin karena dari dulu terlalu nrimo dengan modal sabar.

Mungkin saja ada seseorang yang bisa mengerem rasa ini ....!!?.

Kalau memang belum waktunya mau kamu gas gasan mau kamu jungkir balik seperti apapun itu ya ngga akan kesampaian.

Tapi kalau sudah saatnya semua seperti sudah di sediakan ......itu seperti menjalani semestinya katanya kayak surga dunia.

Tapi begitulah semoga saya masih memiliki rasa .....dan belajarlah kepada guru yang tidak kehabisan dari ilmu KEHIDUPAN jalanan.

Kadang aku sering berkata begitu ingin berkaca dan menua_i kata kata bijak sana sini tetapi kalau melihat cermin diri sendiri iso_ne mok ge_guyu ya awak e dewe ...sek !!.

Kadang kalau memilih pasangan hidup itu bila terlalu pinginnya memilih seseorang cewek itu yang terasa :

Tur asyik,kreatif dan enteng_an sama keadaan ngga usah ;

Teng pe_cotot seksi ne.

Rating plecit pakaian ne.

Opo neh ting plecit mambu awak e.

Menjadi pilihan yang terkadang tidak bisa di dapat dari seorang perempuan yang sesempurna itu.

Dan....!!.

Walau dengan berbagai bumbu dengan bolang baling dan candaan komedi putar supaya mendapat perhatian.

Toh sudah terbawa dalam alunan putaran roda supaya tercipta ke_mumetan tiada tara bagaimana caranya memahami seorang wanita.

Toh ....pada akhir cerita ini saya serahkan kepada kehendak dan maksud dunia !?.

Hanya bisa berkisah soal sepeda dan pasangannya ...tapi pastinya ada hubungan dengan Bike Bike sajalah agar story' yang terasa enak di baca di blog ini itu saja.

Toh aku tambah dewasa_takut menjadi kecewa tapi tak tambah merasa hebat ...!!.

Foto dari YouTube.

Toh ...!!.

Toh kembali ke cerita ini :

Kukira kita akan bersama_begitu banyak yang sama_ sepeda_mu dan sepedaku_ku kira takkan ada kendala_kukira ini kan mudah.

          Kau aku dan kita.

Bertemu denganku_ku bertemu kamu,sepertimu yang ku cari itu_ konon aku juga seperti yang kau cari.

Kau aku jadi kita.

Kukira kita akan bersama.

Kasih sayangmu membekas ....!?.

Kau melanjutkan perjalanan_mu.

Aku  juga melanjutkan perjalanan_ku.

                 Hati Hati di Jalan.

Selesai.


Nb ;

Lirik lagu by Tulus

Judul lagu; Hati hati di jalan.

Penulis.

16maret2022.

Minggu, 13 Maret 2022

Gerbong kereta sebelah lagi viral.

Episode 1 : Pesepeda dalam Gerbong kereta sebelah KAI yang lagi viral.

Tidak semua penumpang harus naik gerbong atau istilah bahasa jawanya seperti ini ora kabeh kudu munggah gerbong kereta.

Sebelum memulai menulis terlebih dulu saya menyela sedikit seperti ini.....karena saya takut akan kualat dengan kata lain yang aku tak tahu atau aku tak pahami apakah itu dosa atau tidak.

Walau begitu aku juga berharap dan berdoa semoga anak anak +62 yang belum merasakan tua itu yang bukan seumuran mereka bagi para bapak bapak itu tidak merasa melakukan kualat dalam memberi komentar seperti kisah yang akan di tulis di bawah ini.

Mulai saja.

Sebenarnya sepeda itu buat olah raga tapi hari ini malah bikin masalah se_masalah di Sabtu pagi bagi apesnya sang pelaku kelompok dari komunitas tugu Jogja dan komunitas kolaborasi.

Mereka itu saat gowes menuju wisata Sangiran lalu pulangnya dari solo untuk kembali pulang ke Jogja naik kereta lalu terjadilah masalah seperti ini !?.

Foto gerbong kereta stasiun Balapan solo.

Ketika..... lalu ada orang yang posting di Facebook dan Instragram maka situasi ini berubah menjadi viral sampai hari Senin 14 Maret 2022 ini masih ada saja yang berkomentar yang begitu ragam.

Dari rupa warnanya ada yang hijau,kuning atau merah yang memercikkan rasa ngilu bagi yang mencoba membacanya di kolom komentar itu.

Postingan ts....membuat status seperti ini dan di selingi di bawahnya ada sebuah Vidio.

Dan di dalam gerbong terlihat penumpang ada bapak bapak tua,membawa sepeda lipatnya lagi berdialog dengan bapak sekuriti....!!.

Foto screenshot dari media Facebook.

Viralnya Vidio yang memperlihatkan seorang bapak sekuriti ketika memperingatkan bapak bapak yang membawa sepeda lipat.

Maksudnya agar bapak bapak itu untuk bisa pindah ke gerbong belakang dari permintaan dan dari alasan pihak bapak sekuriti ....!?.

Katanya itu bisa mengganggu kenyamanan akibat sepeda mereka itu tidak di atur atau di tata.

Hal itu bisa memenuhi jalan dalam gerbong .....atau alasan bapak bapak itu sendiri katanya ngga cukup waktunya padahal masih ada waktu 10 menit sebelum kereta mulai berangkat.

Lalu....!!?.

Seperti kata teman .....apapun itu saat bersepeda itu bukan soal tentang mendengarkan alam lingkungan sekitar dan menjadi seseorang petarung jalanan yang hebat.

Tapi terkadang perlu adanya kepedulian kepada lingkungan sekitarnya.

Semua itu bisa saja di uji ....seperti yang  apa yang mereka lakukan dan bukan saja dari keinginan namun tentang bagaimana bisa menghargai dari apa yang kita miliki dan atas yang kita impikan.

Ya.....yang mereka impikan itu !!? lalu kenapa jadi kemana mana masalahnya saat sepeda lipat bisa masuk kereta? 

Ya.... seharusnya bisa kalau sesuai aturan barang tidak melebihi ukuran100× 40×30 dalam cm dan maksimal untuk 1 penumpang hanya bisa membawa 2 barang tersebut .

Atau .....dari katanya petugas kereta yang mengatur mereka di suruh pindah khan urusan selesai.

Dan saat itu agar pindah ke gerbong ke belakang tapi malah penumpang e itu istilah dalam bahasa kasarnya malahan nesu nesu katanya kepada bapak sekuritinya.

Toh saat penumpang di arahkan untuk berpindah di waktu penertiban oleh petugas.

Karena soal kebiasaan para pesepeda lainnya juga mudah di atur saat naik kereta solo_jogja sak gerbong kadang isi orang bawa sepeda lipat sudah biasa saja.

Mungkin kali ini jadi luar biasa !!.

Saat banyak komentar membuat mereka ada yang merasa ngga tega yang baca karena para priyayi sepuh pada di bully sedemikian rupa warnanya itu atau ada yang merasa ngga mau bahas karena ndak  pada merasa malu mereka nantinya.

Toh bagi para bocah tua nakal ini yang sudah pernah muda semuanya ini walau di kasih tahu ternyata katanya sulit di atur tetap ngeyelan.... !!?.

Semoga pembaca di sini juga paham kalau yang tua tua di sini juga membalikkan usia sebagai pembenaran di situasi ini.

Karena katanya ia bilang begini _itu banyak yang belum pernah tua disini pada komentar di Facebook celetuk salah satu bapak bapak itu.

Mungkin saja karena tuanya itu ia jadi lupa akan peraturan baru dan ketentuan bagaimana untuk membawa sepeda lipat di kereta itu bagaimana caranya.

Foto di stasiun balapan solo.

Misalkan kalau bersama sama seperti rombongan ini sebaiknya ada kordinasi dengan petugas kereta pas mau naik ke gerbong sehingga di beri petunjuk tapi kok ini malah nunjuk nunjuk kepada aparat apalagi sekarang sudah tidak ada jarak antar penumpang.

Maka para netizen mulai berujar seperti ini lagi ;

1.vidio itu ngga komplit dan ngga jelas dari sisi kronologi kejadiannya.

2.Masa dari sekian temannya ngga ada yang sadar?ini malah kompak salah bukanya ngasih contoh yang benar.

3.Jadi bingung sebenarnya fungsi sepeda itu sekarang ini !? 

4.Baru main sepeda ya gitu jadi noraknya kelihatan gayanya manjain sepeda di gerbong kereta ketimbang di naik sepedanya.

5.Mau di keras in salah ngga di keras in makin salah para kelompok bapak bapak ini.

Khan....Terus semangat_buat bapak sekuriti yang hebat dalam mengatur kelancaran dan keamanan penumpang walau dengan kesabaran super di saat itu.

6.Di kasih fasilitas kereta tetapi kalau di atur ngga mau lalu apa gunanya naik sepeda buat apa? mendingan di rumah saja tidur ngga ngurusi sepeda malah dadi kualat sama aparat terkait.

Toh pada akhirnya di akhir cerita ini sek penting sak bahagia_mu lah bapak bapak ....tapi kemudian penulis ini jadi ingat umur mereka ini.

Terpenting selalu ingat bahwa mereka ini sekelompok orang yang bukan untuk mencari prestasi dan prestis tapi hanya sekedar pingin bugar dan sehat bersama kelompok yang terdiri dari bapak bapak tua itu saja.

Akhir kisah ini.

Ketika kejadian ini menjadi vital e...viral di ambil positifnya saja.

Silahkan anda kejar apa yang ingin tapi ingat apa yang sebenarnya kamu jaga !!.

Maka di akhir tulisan ini saya mewakili gerbong sebelah saya mohon maaf kepada gerbong lainnya atas ketidak nyamanan penertiban oleh petugas kereta api KAI sektor kota solo.

Dan untuk kenyamanan teman teman lainnya yang masih dan ingin aktif gowes apalagi masih mengunakan KRL untuk menjadi pilihan terbaik yang nyaman.

Maka jangan kapok atas kejadian seperti ini.

Itu saja.

Selesai.



Kamis, 27 Januari 2022

Ke Kampung Gir Pasang gowes jengat.

Perjalanan Ke Kampung Gir Pasang

Hari itu, angin sejuk menerpa wajahku saat mengayuh pedal sepedaku menembus jalanan sempit menuju Kampung Gir Pasang. Jembatan baru yang membentang di lereng Gunung Merapi kini menjadi sorotan, viral di berbagai media sosial, menarik banyak orang untuk datang dan menyaksikan keindahan alam yang mengelilinginya. Namun, seperti halnya dunia maya yang sering kali memperlihatkan hal yang tak sesuai kenyataan, aku tahu, perjalanan ini bukan hanya sekadar untuk melihat jembatan baru itu.

Sepanjang perjalanan, aku merasa seperti tersesat dalam dunia fatamorgana—semakin dekat ke tempat tujuan, semakin jelas jalanan menanjak yang harus ku tempuh. Di awal, aku berpikir bahwa medan ini akan sangat berat, bahkan seakan-akan aku tak akan sanggup melewatinya. Setiap kali melihat tanjakan yang terjal, bayanganku pun membayangkan betapa sulitnya menaklukkan jalan ini dengan sepeda. Namun, begitu aku mulai mengayuh dengan ritme yang tepat, ternyata segala yang kulihat sebelumnya hanyalah ilusi. Sepeda, yang tadinya terasa seperti beban berat, kini menjadi teman yang menyenangkan. Jalanan menanjak itu tak seberat yang kubayangkan. Kecepatan dan irama sepedaku kini mengalir dengan mudah, mengikuti ritme tubuhku yang sudah mulai terbiasa.

Aku menyadari bahwa bersepeda bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal bagaimana kita menata pikiran dan perasaan kita. Seperti hidup itu sendiri—perjalanan yang penuh dengan tantangan, tetapi dengan langkah yang tenang, setiap tanjakan dapat terasa lebih ringan. Bersepeda adalah sebuah proses pencarian bentuk, sebuah latihan untuk menemukan keseimbangan dalam setiap gerakan yang kita buat. Seiring dengan setiap kayuhan, aku semakin sadar bahwa bersepeda ini adalah bentuk pencarian diri—mencari ritme yang tepat, mencari kedamaian dalam perjalanan yang panjang.


Sesampainya di Kampung Gir Pasang, aku disambut dengan pemandangan yang luar biasa. Jembatan baru itu memang indah, namun yang lebih mengesankan adalah bagaimana setiap langkah kecilku di sepanjang perjalanan ini membawa makna yang lebih besar. Di balik tanjakan yang sulit, ada kebebasan yang kutemukan; di balik perjuangan itu, ada kedamaian yang hadir setelah segala usaha.


Perjalanan ini juga mengajarkanku tentang budaya dan latar belakang. Setiap orang yang bersepeda di sini, dengan sepeda yang berbeda-beda, membawa cerita mereka masing-masing. Ada yang bersepeda untuk kebugaran, ada yang hanya sekadar mengikuti tren, namun ada juga yang bersepeda untuk merenung dan mencari ketenangan. Sepeda yang mereka gunakan tak hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga menjadi bagian dari cerita hidup mereka—dari mana mereka berasal dan kemana mereka pergi.


Aku pun menyadari bahwa bersepeda bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal keunikan setiap individu yang mengayuh sepeda itu. Mungkin bagi sebagian orang, bersepeda adalah hal yang biasa, namun bagi aku, setiap kayuhan adalah perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang hidup dan diri sendiri.


Jembatan Gir Pasang, yang kini ramai dikunjungi, bukan hanya sebuah tempat viral untuk berfoto. Bagi setiap orang yang datang, tempat ini adalah simbol dari perjalanan yang lebih dalam—sebuah perjalanan yang dimulai dengan langkah kecil, diiringi dengan usaha dan harapan, hingga akhirnya menemukan kedamaian yang sejati di ujungnya.


Dan seperti setiap perjalanan bersepeda, aku tahu bahwa perjalanan ini tidak akan berhenti di sini. Setiap tanjakan yang kulewati hanyalah awal dari jalan-jalan baru yang menantiku, setiap langkah akan membawa aku lebih dekat ke tujuan yang lebih besar. Dan yang terpenting, aku tahu bahwa setiap perjalanan itu, tidak peduli seberapa sulit, akan selalu memberikan pelajaran yang berharga.



---


Cerita ini membawa makna tentang perjalanan menuju tempat baru sebagai proses pencarian diri, refleksi, dan pembelajaran yang tidak hanya fisik, tetapi juga spiritual. Perjalanan bersepeda bukan hanya soal mencapai tujuan, tetapi juga tentang bagaimana kita melihat dan meresapi perjalanan itu sendiri, dengan segala tantangan dan pelajaran yang ditawarkannya.






Mulai saja

Kembali soal budaya bersepeda itu bila gowes sendiri itu sangat santai kalau sudah lemas langsung belok cari angkringan terdekat tapi kalau berkelompok itu lebih di siplin berlalu lintas soal keamanan di jalan raya untuk saling menjaga dan saling mengingatkan satu dengan lainnya atau bisa jadi malah gayeng cerita gowes nya dan lebih lagi bisa ketemu banyak teman baru.

Dan semua itu juga butuh proses bagaimana mengenal sepeda yang di pakai juga harus di perhitungkan jenisnya misal untuk gowes kali ini cocoknya dengan sepeda MTB ban ukuran .... ×175-195.

Hal lainnya mulai dari check rute jalan dengan sepeda motor pun sudah di coba dan saat eksekusi sudah di jalani dengan jalan yang di cari yang lebih jengat jalan tanjakannya sudah berakhir dengan aman,lancar dan kembali ke Jogja lagi dengan canda tawa kebahagian dari kebersamaan itu walau ada saja ban bocor menghiasi perjalanan kali ini.

Foto saat check rute. 

Lalu saat mengenal tujuan terlebih dahulu ke wisata gunung Merapi ini sebagai tempat jujugan gowes baru namanya _Gir Pasang_ tempat ini lagi viral di kunjungi wisatawan.

Lalu kami sepakat untuk gowes di hari Minggu tanggal 23 Januari 2022 di jalur untuk melewati jalan ;

Dari Janti Jogja_candi Prambanan_Base camp Sapuangin _ Gir Pasang _Cangkringan_ Jalan Kaliurang lalu finis di Jogja kembali.

Foto jalur ora nanjak ora ke penak ke sapuangin.

Dan kira kira daya tempuh sejauh 115 km pulang pergi sampai kembali di tugu Jogja.

Gir Pasang 

Keindahan alam sekitar lembah pegunungan Merapi tak usai untuk di ceritakan untuk bisa menaiki kereta gantung atau gondola itu saat naik seperti berjalan di atas awan.

Apalagi tempat ini menjadi mimpi warga sini bertahun tahun lamanya kini baru bisa di bangun jembatan gantung.
Dan di sebut sebut jembatan terpanjang yang ada di lereng gunung Merapi lalu menjadi viral karena setiap orang selalu tertarik melihat sesuatu yang baru khususnya cah sepeda selalu jadi magnet yang lainnya untuk datang ....

Toh pas datang jadi kaget kok kayak cendol dawet orangnya keroyok jembatan apalagi jalan masuk macet,untuk pesen jajanan minuman saja antri,parkiran motor mobil  penuh di pinggir jalan utama arah base camp sapuangin pokokmen nganti dredek Leh ku mikir....lur !!.

Alhamdulilah jembatan gantung sudah selesai dapat di gunakan masyarakat apalagi di resmikan oleh pejabat pemerintah setempat semoga menjadi berkah bagi warga sekitar ...Yo kang !!.

Dulunya desa ini sangat terpencil sekali karena berada di lereng gunung Merapi yang berjarak kurang lebih 4kilo ini menjadi asyik karena keindahan wisata alam dan di kelilingi hutan serta di pisahkan oleh jurang yang bawahnya ada sungai bila ke arah bawah kurang lebih jaraknya sekitar 150 meter dari dasar bawah ke atas jembatan gir pasang.

Terlihat jalanya cukup terjal walau ada anak tangga sebagai pijakan dan pegangan pagar besi untuk panduan naik turunnya menuju dan kembali ke desa ini.
Toh semua itu bisa di dapat keindahan dan kesuburan yang menghijau memanjakan mata untuk berlama lama di sini melihat lalu membayangkan penghidupan serta perjuangan mereka dulu untuk .....ya untuk !!?.
Sambil menyeruput kopi khas gir pasang seakan menjadi daya tarik wisatawan untuk bisa datang kesini.

Desa ini terletak di lereng Merapi dengan nama desa Tegal Mulyo kecamatan Kemalang kabupaten Klaten Jawa tengah ini di huni oleh warga berjumlah 37 jiwa dengan 12 kepala keluarga 

Ya....untuk !!?.
Desa ini di pisahkan oleh jurang dengan desa lainnya maka ide membuat motor pengangkut yang di sebut gondola yang menghubungkan dua bukit ini.

Katanya bapak pekerja yang lagi membangun warung itu juga menceritakan kalau ide awal menjadi ....!!

Ya...menjadi ramai di perbincangkan dan jadi viral tempatnya karena ide awal seorang di fabel dari solo bernama _mas SABAR .
Karena saat itu ia mau melakukan pendakian ke gunung merapi.
Maka ia membuat ide menggunakan gondola sebagai penghubung antar lembah itu walau yang lama ini terlalu sederhana dan bahaya harus menantang maut bagi pemakainya.

Perlakuan ini akhirnya mendapat perhatian pemerintah terkait lalu di buatkan gondola yang lebih modern sebagai transformasi warga sekitar dan penarik kunjungan wisatawan. 

Apalagi setelah selesai di bangunnya jembatan yang di namai jembatan gir pasang dengan panjang sekitar 120 meter,pembangunannya selama 150 hari dan memiliki kapasitas daya angkut di atas jembatan 30 ton atau maksimal sekitar 40 orang dewasa dalam keadaan berhenti di jembatan.

Jembatan senilai 5,5 m itu dari bantuan apbd propinsi Jawa tengah.

Pada akhirnya menjadi perhatian banyak orang untuk berkunjung kesini melihat warna hijau membentang sana sini pada akhirnya bisa menentramkan jiwa.

Ya untuk ..... warga sini kini tidak lagi repot untuk mengangkut kebutuhan sehari hari dan membawa ternaknya untuk jual beli ataupun sepeda motornya tidak lagi di titipkan di bawah pohon beringin di desa sebelah atau harus memutar dengan jarak yang jauh dan kini bisa nangkring di depan rumahnya semenjak jembatan ini selesai di bangun penghubung desa dan keberadaanya desa ada di tengah lingkaran jurang aliran sungai kali Pakis.

Ya untuk .... wisatawan kini dapat naik gondola yang manual buatan warga atau yang modern warna oranye muda dengan tiket naik sekitar 60 ribu per 4 orang dengan rute bolak balik.

Mungkin tempat ini masih baru jadi ramai sekali sehingga sulit untuk mencari spot foto foto terbaru maka saran penulis kalau nggak ramai sebaiknya menghindari hari Sabtu Minggu atau hari libur.

Metre tanjakan.
Lalu inilah tanggapan mereka saat komentar di Facebook yang coba saya tulis kembali di sini agar pembaca bisa mempertimbangkan sebagai pilihan saat gowes ke gir pasang bila ketemu tanjakan ;
  • 1.Sepertinya ada yang kuat gowes menanjak tapi tidak mau menunjukkan kalau dia mampu melakukannya !!.
  • 2.Atau ada yang malah bangga menunjukkan kalau tidak mampu.
  • 3.Ada juga yang nggak kuat menanjak dan nggak mau menunjukkan kalau nggak kuat menanjak.
  • 4.Ada juga nafasnya sudah mulai crot cret kehabisan tenaga.
  • 5.Bisa jadi yang kuat selalu bisa terdepan ndak pernah noleh kebelakang untuk melihat temanya atau sekedar mencari spot foto di perjalananya.
  • 6.Oponeh persis kancaku kae nek dalan nanjak koyo uwong kebelet pipis.
Foto jalur syahdu sapuangin.

Pada akhirnya.
Di ceritera perjalanan saya ke Bc sapuangin dan Gir pasang telah usai tapi kenangan tertulis di blog ini sebagai pengingat kita pernah berjumpa gowes bareng sebagai saksi akan indahnya dan  jengatnya jalan tanjakan menurut kita itu brengsek maka itu yang selalu kita pilih sebagai tujuan agenda gowes akhir pekan.
Foto mapping mencari harta Karun.

Ya.....kembali ke ceritera Jalan tanjakan.
Sebenarnya soal jalan tleser atau nanjak itu beda sekali kondisinya dengan jalan jengat ora entek entek koyo dalan kene iki...lur.
Sebenarnya apa yang mereka cari dengan jalan seperti ini katanya para master tanjakan bilang seperti ini _ Ora nanjak ora kepenak _oponeh ora jengat kiro kiro 20 km nanjak tanpo mandek koe bisa nggak....luar !!.

Asyik gowes di Jogja.
Toh jalan di Jogja ini sangat beragam medannya seperti ke arah Utara kota Jogja ini yang suka nanjak khususnya ke arah gunung Merapi maka akan dapat bonus luar biasa .....itu lho turunannya bisa sambil bersuara sing sot udah sampai pertigaan pasar kembang Kemalang Klaten.

Lalu apakah perjalanan ini usai tentu tidak karena setelah gerbang gapuro warna hijau kita jalan lurus sebelum ke pasar kembang kita di suguhi jalan yang bukan jalan untuk kendaraan seperti bekas aspal yang terkelupas berlubang di sana sini.

Pada situasi ini pengalaman pas check rute di pakai maka belok ke arah kanan ketemu gapuro warna merah maka ketemu jalan kampung yang lebih bagus jalan aspalnya.

Untuk menuju pasar kembang lalu ke Jogja sebagai tujuan akhir gowes kali ini di hari Minggu yang menentramkan jiwa dengan pengalaman baru lagi.

Walau kaki mulai pegal pegal saat gowes jauh ini tapi semua teman di sini masih baik baik saja kondisi jiwa raga dan mentalnya menghadapi jalan jengat seperti ini.

Foto tanjakan akhir menuju Bc sapuangin.


Se_baru harapan semoga warga gir pasang lekas menata kehidupan dan kembali bersosialisasi semakin mudah di lakukan karena adanya jembatan gantung gir pasang. 

Nah itu saja cerita petualangan saya hari ini.

Selesai.
@Cus lagi 

iyink ws.
januari 2022.

Kamis, 20 Januari 2022

Terobsesi bungkus kelupaan isinya.

Obsesi orang lama vs baru.

 Apa tulisan blog ini di anggap sok pamer bahkan saya merasa jadi obyek iri hati dari perhatian orang lain tanpa mengerti soal isinya dan hanya terobsesi melihat pada bungkusnya saja 

Lalu blog ini sebagai alat untuk menaikkan identitas,pamor,penghargaan dan bisa jadi pendapatan dari iklan.

Lalu para goweser malah di jadikan obyek dan batu loncatan demi mencari kemanfaatan itu sendiri yang cenderung sebagai tujuan mendapatkan bungkus yang sekedar bisa untuk _menggoreng _ permasalahan para goweser yang terkadang malah membuat mereka jengah yang benar benar niat untuk gowes.

Atau penulis blog ini merasa nganu....!?.

Karena merasa nganu terus blog ini sebagai teman terbaik penulisnya untuk menyalurkan pemikirannya tanpa takut di cela oleh orang lainya.

Pada akhirnya menjadi sebab akibat dari orang lain yang menjadi obyek penderita itu juga merasa bingung ingin bisa komentar dari pembenaran itu dan merasa terancam oleh gaya tulisan blog ini pada akhirnnya hanya bisa tersenyum simpul sendiri.

Padahal giliran mereka itu para pembaca itu pemikir yang masuk akal...!?.

Padahal maunya pembacanya yang merasa ingin urun rembuk itu maksudnya agar bisa di diskusikan di pikirkan di gali sebagai bentuk ilmu dalam memahami cara gowes yang mantul.

Lalu secara fisik gowes itu dapat di pengaruhi oleh 3hal yaitu gaya hidup,budaya dan pola hidup.

3in1 jadi.... !?.

Secara umumnya dari ketiganya ini sebenarnya para goweser itu rata rata kelas kehidupanya pada kelas ekonomi menengah ke bawah yang hanya gowes sekedar ikut ikutan,apa adanya karena adanya desakan ekonomi.

Maka gowesnya hanya sebuah hiburan dan gowesnya pun di saat tersedia uang jajan dan jaga jaga misalkan pas sepeda bocor atau rusak di jalan dan ini tidak bisa memberi harapan secara ekonomi bagi keluarga yang di tinggalkan karena bersepeda.

Sedangkan yang hobi kelas menyerupai atlet sepeda itu mempunyai cukup uang ataupun dapat sponsor.

Lalu bagaimana caranya mengajak para sponsor itu mau bersepeda !!.

Dan bagi mereka para hobi bukan atlet ini dalam bersepeda punya porsi latihan bersepedanya adalah mengatur fisik sesuai jadwal yang di pantau untuk mencapai target dengan menjaga kecepatan yang di tetapkan.

Jadi.

Lalu apa bedanya penggowes sejati,hobi bukan atlet itu sebenarnya tapi keduanya juga tetap seorang pesepeda itu saja.

Ya,Seorang pesepeda itu sebut saja seorang yang latah karena biasanya yang di katakan pengguna sepeda yang sejati sejatinya untuk bekerja dan kegiatan sehari hari tetap akomodasinya sepeda.

Lalu yang suka gowes naik gunung untuk wisata mencari foto dan kuliner itu bisa saja di katakan goweser karena hobi.

Hobi itu bisa di katakan latah karena sekedar ikut ikutan dari jenis moda tranpotasinnya yaitu sepeda yang biasanya hobi itu dengan jangka waktu tertentu dan besoknya bisa saja ganti hobi baru lainnya.

Tapi tetap saja masih ada di jalur sepeda dan bertahan di sini,lalu untuk apa !!?.

Lalu untuk apa !!?.

Kita lihat pola pergerakannya jadi cah ngepit tapi jarang bersepeda tapi kalau cerita sepeda hanya soal masa lalunya yang nganu....nganu !?.

Inilah pergerakan dunia hitam dari persekutuan persilatan para pesepeda orang lama dan orang baru.

Dan katanya orang lama kalau orang baru juga akan menjadi orang lama sebaliknya kata orang baru hanya bisa mendengar cerita orang orang lama yang belum tentu di bungkus dengan cerita yang harus di suarakan yang terkadang ngak menarik karena beda faktanya dengan kenyataanya dari isinya sebenarnya.

Kembali ke cerita di atas tentang obsesi bungkus kelupaan isinya itu akan di buat seperti apa.

Ya seperti penulis sebut ini_ Kupas kulitnya makan kacangnya buang kulitnya setidaknya bukan sebaliknya makan kulitnya buang bijinya malah menyerupai monyet...lho monyet itu khan binatang juga tahu bagaimana bisa memilih mana kulit mana bijinya.

Biarkan monyet itu makan kacang kita tinggalin saja sekedar mengalihkan perhatian para pembacanya.

Karena bisa jadi monyet ini terobsesi kepada _kesempurnaan bungkus_ yang kurang penting sehingga lupa akan isi.

Dan kita sebagai orang yang terkadang ingin bisa sempurna atau bisa saja mengisi kesempurnaan itu untuk lebih mengembangkan kebaikan bukan membungkusnya dengan perbedaan dan keburukan dari pesepeda lainnya.

Walau terkadang bungkus itu adalah harapan dari budaya yang sejatinya karena terobsesi menjadi bungkus ladang gosip.

Dan bungkus adalah harga mati ngak boleh di tawar sedangkan isi nya biasanya ngak perlu karena ter_ anggap itu bukan budaya malah bisa jadi malah mempersulit diri sendiri,ndak praktis,jadi orang aneh dan di anggap terlalu idealisme yang di tonjolkan terlalu vulgar akibatnya malah jadi tujuan buly an teman temanya.

Bahkan bisa saja di musuhi oleh kepentingan untuk melindungi bungkus dari bungkus kepentingan masing masing.

Ya dari masing masing orang pesepeda demi gowesnnya untuk penghargaan sedangkan isinya itu tidak penting.

Tapi sebaliknya orang mengerti ilmu nya itu dari perbedaan bungkus dan isinya itu sebenarnya malah ngak menyepelekan karena mereka tahu menjaga keduanya sebagai pilihan bukan tujuan.

Karena tujuan bersepeda adalah bentuk aktifitas yang di lakukan secara sadar dan pertimbangan agar semua terbungkus dengan baik.

Sedangkan isinya bisa saja jadi isu karena bisa saja karena gowes jauh karena latah,karena Gonta ganti sepeda karena latah ini ada akibat budaya lingkungan yang anda masuki harus begitu.

Toh yang bertahan dengan bungkus tanpa memperdulikan isinya maupun yang latah mereka masing masing juga punya obsesi yang patut di hargai pendapatnya.

Seperti halnya tulisan ini sekedar kegelisahan penulisnya yang masih saja mendengar gosip di dunia hitam persilatan goweser masih saja ada gap orang baru orang lama yang keduanya pada akhirnya bisa jadi orang lawas.

Pada akhir tulisan ini penulis hanya bisa mengoreknya satu persatu entah mana yang membenarkan dirinya.

Terpenting kamu saat ini masih bersepeda atau tidak itu saja.

Atau judul di atas bisa di ganti seperti ini ;

Ingat sepedanya

Lupa gowesnya

Itu saja kisah kali ini.

Selesaj.

Selasa, 11 Januari 2022

Gowes Jogja _Bali.

Gowes lintas pulau dengan Jarak tempuh 734,5 kilo.

Sejak dari awal perjalanan dari Jogja tak ada Khabar berita dari niatan mereka ini di grup sepeda.

Ini adalah kisah kisah mereka teman sepeda sejenis sepeda road bike melakukan Turing sampai tujuan dan kembali di naikkan bus untuk kembali ke Jogja lagi.

Saya penulis jejak langkah Kayuhan dan cerita cerita mereka menjadikan sebuah kisah klasik versi penulisnya.

Penulis.

Saya sebagai penulis sudah tidak menaruh harapan mau menulis apa saja lalu tiba tiba muncul gambar foto gowes berjarak ini sontak bikin tertarik dan membuat penasaran lalu membuat geger dunia persilatan ada yang ingin mengadu ilmu dan wawasan soal _kebangetan mereka ini tentang kegilaan gowes nya.... !!.

Mulai saja.

Cerita ini di lakukan oleh 3 orang stat man jalanan dan saya tidak ikut gowes hanya sebagai penulis kegilaan mereka ini.

Awalnya bermula saat berandai andai di awal perjumpaan pertama mereka karena masalah rantai sepeda putus saat gowes brenksek menuju kampung 7 Gunungkidul dan akhirnya mok rasan rasan sak isone wektu gowes bersama.

Maka tahun ini ketemu kliknya menjadi terwujud bisa gowes berhari hari bisa terlaksana.

Foto ; Saat finis di pulau Bali.

Maka saya sebagai penulis tahu kisah pertemuan itu ketika sebaris kata yang menurut saya sangat sederhana menjadi cita cita yang di sempurnakan oleh keadaan setelah mereka sudah kembali ke Jogja lagi dengan selamat aman dan lancar.

5 januari 2022.

Saat berangkat tidak ada pengawalan tim inti hanya di kawal sampai kota kartosuro oleh man teman kawan Gas.

Foto ;Teman gowes Gas saat mengiring awal star dari kota Jogja.

Katanya mengapa nggak ada pengawalan !!?

Di jawab katanya .... nggak bikin heboh di grup besar saat berangkat dari Jogja di tanggal 5januari 2022.... Celetuk Pak Kun tetua gowes Jogja to Bali kali ini.

Tujuan gowes.

Sebenarnya secara nggak sadar mereka ini bisa saja di sebut menyiram cerita yang baru rencana saja dan tiba tiba membuat team 3 orang untuk berani mewujudkannya dari Doa Doa teman temanya yang baru berwacana dan baru rencana di bulan Maret 2022 nanti menuju ke kota Denpasar Bali.

Maka untuk mengenang mereka bertiga ini ku persembahkan dan aku susun serangkaian cerita perjalanan mereka ini.

Walau terasa biasa tapi nantinya efeknya di beberapa Minggu ke depan setelah ini maka di dunia persilatan akan heboh pembicaraan untuk bertanya tentang perjalanan gowes kali ini.

Lalu kisah ini akan menjadi mesra karena ini cara bagaimana menikmati gowes....sepenting wes tau itu saja.

Atau cara mereka ini dalam  mendapatkan bahagia nya itu soal hati dan hati hatilah kalau menyentuh jiwa yang tersimpan karena suatu saat di luapkan atau di keluarkan nantinya akan timbul decak kekaguman dari orang lainnya yang seiman yang merasa ngga se_percaya itu.

Seperti contoh ke tiga teman gowes mereka ini tahu selera pasar yang lagi viral arah kemana tujuan _Gemesnya lalu mau di bawa kemana tujuannya nantinya !!?.

Sudah jelas tujuannya kemana lalu ia menerobos barisan lebih dulu mewujudkan mimpi mimpi secara diam diam tapi nyata dengan bantuan kelompok kecilnya.

Kelompok kecil bagian dari komunitas sepeda induknya yaitu _ Jogjakarta cycling community_ di sebut kelompok kecil yaitu GAS yang artinya _Gabungan anak Sholeh dengan aliran yang condong menyukai sepeda _ Road bike.

Dan sesuai perjalanan mereka kali ini menggunakan nama Jcc_road bike menuju kota Bali.

Foto ; strava gowes Jogja Bali.

Maka inilah sudut pandang penulis untuk situasi seperti ini layak di abadikan sebagai apresiasi dari cara pandang dari teman bertiga ini.

Maka cara pandang penulis juga berani sedikit beda menilai 3 bisa di sebut seorang petangguh jalanan.

Tak ayal lagi menurut jejak rekam dan jejak pengalaman gowes mereka sudah tak di ragukan dalam bertahan dan strategi kecepatan untuk saling merespon satu sama lainnya.

Perjalanan gowes antar kota antar pulau.

Bermula dari Jogja di mulai gowes di hari Rabu 5januari 2022 sampai pelabuhan Ketapang lalu ke Kutai sampai 5hari.

Foto ; Di atas kapal penyeberangan.

Kemudian sampai nagari paginya gowes sampai Kutai dan cari penginapan untuk istirahat tidur pulas baru paginya pulang ke Jogja lagi di naikkan bus Restu Mulya dan di sini kita dapat referensi biaya kalau mau naik bus tiketnya seharga Rp 300,000 plus tip menata sepeda di bagasi bus buat bapak kenek Rp 50.000/sepeda menjadi gambaran bahwa perjalanan itu juga membutuhkan waktu 16 jam agar sampai ke jogja lagi.

Lalu.....!!?.

Lalu apakah tulisan ini sekedar pe_nyela kata kata dari kesuksesan gowes mereka ini agar bisa ikut tenar.

Atau apapun itu biarlah pembaca yang menilainya toh penulis juga punya ikatan dalam merasakan keluh kesah mereka saat gowes lokalan di Jogja saat bersama sama dan juga tahu klik caranya bagaimana cara gowes mereka untuk bertahan yang sesungguhnya di jalanan berjarak.

Dan seperti halnya itu bisa di katakan mereka ini teman seiman sebagai seorang petarung yang sesungguhnya.

Daripada penulis ini di jalanan masih sok usrek saat sepeda berjarak jauh pernah ia jalani waktu itu.

Sekali lagi salut buat mereka ini sekalian pak bro _/\_ .

Dan apakah !!.

Apakah tulisan ini dapat menyelesaikan masalah bagi orang orang yang pingin tahu caranya gowes berjarak.

Dan bagaimana bertahan di keadaan panas,hujan dan mau tidur di mana saja bagi pelakunya itu.

Maka inilah masalah banyak orang atau malah jadi orang kepinginnan untuk bisa mencoba dengan cara petualangan bersepeda dengan style seperti ini.

Atau apakah penulis ini bisa belajar banyak tentang bagaimana merencanakan sambil cari referensi bagaimana caranya gowes berjarak kepada pembaca di sini.

Tapi bukan saja sekedar cerita asyiknya saja tanpa menceritakan sedihnya.

Bisa saja karena ban dalam bocor beberapa kali karena ke tubles kawat lembut atau ban luar yang robek menjadi hiasan cerita kali ini.

Inilah real nyata perlakuan mereka dalam meremas jalanan naik turun dengan menggunakan sepeda road bike untuk membuka kisah dunia pesepeda lainnya agar lebih berani beraksi gowes berjarak seperti yang sudah di contohkan mereka bertiga ini.

Kemudian ada yang nitip pesan seperti ini :

Banyak kenangan dan ceritera dalam perjalan gowes Jogja Bali kali ini yang tak mungkin terlupakan.

Terimakasih matur suwun untuk rekan rekan JCC  versi divisi road bike atas kebersamaan kali ini dalam menghasilkan sejarah baru di dunia persilatan sepeda berjarak jauh.

Semoga lekas sembuh dan kembali sehat kesel e selama perjalanan ini.

ttd 

@santiko

Akhir kisah ini 

Semua kisah ini di tulis secara real agar tulisan ini di cari lalu di baca setelah tulisan kembali muncul di media google.

Teruntuk pelakon dan penggowes tangguh hebat ini.

Jogja _Bali.

1.Pak Kuncoro.

2.Mas Priyo.

3.Mas Santiko.

Selesai.

Penulis blog : iyink ws.

@cuslagi.



Blog Edisi unggulan

8 th _ Wesi aji Wonogiri .

Sewindu 8 th Komunitas Wesi Aji Jogja.       Acara gowes kali ini terbuka untuk umum dan tidak perlu mendaftar apalagi membayar yang penting...