Bagian cerita kedua ini menggambarkan perjalanan yang menyenangkan dan penuh keindahan alam. Sepeda kali ini hanya sampai wisata Dieng, tetapi perjalanan dimulai pada hari pertama dari Jogja ke Wonosobo, dan kemudian menginap di homestay Mudal.
Mengapa penginapan ini dinamakan Mudal? Karena di atas tempat ini terdapat pos instalasi air PAM yang disebut Mudal. Nama ini menjadi simbol bagi daerah yang kaya akan air dan kesuburan tanahnya. Di sekitar homestay, terlihat tanaman-tanaman di lereng bukit yang tampak berdiri tegak di pagi hari. Di sebelah timur, gunung menjulang tinggi di balik jejeran pepohonan hijau, menambah keindahan alam yang mempesona.
Bagian ke-3 cerita ini menggambarkan perjalanan gowes yang mengesankan dari Jogja menuju Dieng dengan jarak 110 km. Pengalaman di tanjakan gerbang selamat datang wisata Dieng menjadi inti cerita, dengan penekanan pada pentingnya pengaturan ritme dan strategi selama perjalanan. Meskipun perjalanan ini menguji fisik, terutama di tanjakan yang menantang, ada momen-momen yang memberi kekuatan tambahan, seperti buah pisang dan anggur yang tersedia untuk membantu pemulihan energi.
Meskipun jalur tersebut penuh dengan tanjakan, penulis menyadari bahwa pengalaman gowes dengan sepeda tidak seseram yang dibayangkan sebelumnya, meskipun jalannya menanjak dan melintasi lereng bukit. Mampir di Tieng, penulis merasakan momen restorasi fisik dan kelegaan sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa turunan, akhirnya mereka tiba di gerbang selamat datang yang menandakan mereka telah menyelesaikan perjalanan gowes mereka.
Bagian ini menunjukkan bagaimana perjalanan gowes, meski penuh tantangan, tetap memiliki sisi positif dan memberikan kepuasan, serta menggambarkan bagaimana setiap perjalanan memiliki ritme yang berbeda, sesuai dengan kekuatan dan ketahanan masing-masing individu.
Di hari kedua di Wonosobo.
Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .
Pagi ini di hari kedua di joglo Wonosobo kita semua siap siap dan saya sudah bangun di jam 04 waktu kita merasakan hujan yang tak begitu lebat.
Tapi beberapa sepeda juga basah dan beberapa kue yang masih di luar rumah ada pisang,buah jeruk, bistik,gorengan,arem arem.
Itu mulai kayak limpahan bakso seperti nek warung Dieng berharga 10 ribu semangkok dan di atas piring pada kemampul oleh jatuhnya air hujan pagi itu.
Atau......!!
Atau soal kisah memasuki sebelum Kleco kita istirahat di warung tengah sawah,makan siang gudeg Jogja di pom bensin sapuran.
Lalu di begal sama teman soc Wonosobo atau di alun alun alun Wonosobo.
Atau kita ketemu dari teman temanya teman kita untuk mampir makan minum menjadi gambaran semua rejeki dan nikmat perjalanan jauh dengan melimpah makanan,minuman dan bersih bersih diri ini menjadikan sore itu juga bisa saja ada terkirim buah buahan temanya teman dari joglo mudal.
Saat makan malamnya di joglo dengan menu ayam goreng menjadi hiasan kisah kali ini sudah tak mungkin kelaparan dan kekurangan pilihan dari makanan yang enak enak seperti ini.
Walau sebagian terselamatkan dari hujan tetap saja malam itu ada sebagian kita hanya tidur beberapa jam.
Dan tetap saja terganggu oleh suara ngorok teman gowes atau suara cremus gigi bergesekan seperti orang tidur.
Atau ada walang masuk joglo dan berbunyi wes wes malam itu merisaukan bagi dirinya sendiri
Padahal nek misal badan kurang turu bisa masuk angin tur esok e jadi badan panas dingin terus masuk angin seperti rasanya mulut ini saat mangan opo opo rasanya pahit tetap saja berusaha harus diisi perut ini
Atau iso ugo buat alasan mau loud ingat ......mas !!! kata teman di sebelah saya yang masih saja halu bila ketemu tanjakan besok pagi.
Atau dari bunyi orang lembur bekerja untuk memukul paku berbunyi pemantul suara dari palu di gedung sebelah lagi persiapan untuk pernikahan yang mau ada acara hajatan pagi harinya.
Mulai di siapkan.
Mulai saja persiapan gowes tanjakan Dieng yang berjarak 18 km dari joglo mudal ini menjadi gambaran saat sudah di siapkan soto teh manis sebagai sarapan pagi hari.
Memulai perjalanan dengan pengawalan di depan dengan moda n_max ini keluar jalan utama sudah ketemu wisata pemandian air panas lalu kita menuju tanjakan gerbang selamat datang di wisata Dieng.
Gowes 110 Km Jogja _ Dieng .
Ini bukan soal kuat di tanjakan tetapi soal mengatur ritme dari setiap orang berbeda beda di mana
Bisa berkata kita lulus bro !!!
Kisah ke-4 ini melanjutkan perjalanan gowes yang telah selesai dengan penuh pencapaian dan refleksi. Setelah melalui tanjakan yang menantang, penulis dan teman-temannya berhasil mencapai tujuan mereka, dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam untuk menaklukkan 18 km tanjakan. Walaupun beberapa orang lebih cepat sampai, mereka tetap menunggu yang lainnya dengan semangat kebersamaan.
Setelah perjalanan sepeda selesai, kini waktunya untuk kembali ke Jogja dengan menggunakan mobil Hiace yang disediakan untuk perjalanan pulang. Mobil ini, meskipun sudah cukup tua, tetap memberikan kenyamanan dengan AC-nya. Di perjalanan pulang, mereka mulai menyadari betapa menantangnya perjalanan yang telah mereka lewati, dengan pemandangan Dieng yang memukau dari dalam mobil.
Namun, di perjalanan ini, ada juga yang mulai merasa tidak enak badan, seperti mual dan mabuk perjalanan. Hal ini mengingatkan mereka tentang pentingnya daya tahan tubuh dan bagaimana pengaturan tubuh serta emosi dapat mempengaruhi perjalanan. Obat-obatan seperti obat mabuk, diare, dan Neurobion pun disiapkan sebagai persiapan untuk memastikan semua orang tetap fit dan menikmati perjalanan.
Momen yang paling menghibur terjadi ketika seorang teman mulai bernyanyi dengan suara serak, dan seluruh kelompok ikut bernyanyi bersama, menciptakan suasana kebersamaan dan kehangatan yang menyenangkan. Meskipun perjalanan pulang terasa lebih ringan dibandingkan perjalanan gowes, cerita ini mengingatkan akan pentingnya kebersamaan dan mengelola emosi serta tubuh agar perjalanan tetap menyenankan untuk semua.